Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Perdana Menteri Georgia, Irakli Garibashvili. (twitter.com/GharibashviliGe)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Georgia, Irakli Garibashvili mengungkapkan penolakannya memberlakukan sanksi ke Rusia. Negara Kaukasus tersebut terus menunjukkan keinginannya menormalisasi hubungan dengan Rusia. 

Pekan lalu, penerbangan langsung Tbilisi-Moskow sudah resmi dibuka. Namun, pembukaan ini mendapat kecaman dari Presiden Georgia, Salome Zourabichvili yang menyebut ini sebagai langkah provokasi dari Moskow. Ia pun memutuskan memboikot maskapai Georgian Airways. 

1. Sanksi ekonomi Georgia akan berdampak kecil pada Rusia

Garibashvili mengatakan jika negaranya menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia, dampaknya kecil. Ia pun menolak proposal Uni Eropa (UE) yang memaksa menjatuhkan sanksi ke Moskow. 

"Perdagangan yang dilakukan UE dengan Rusia selama 4 hari, itu sama dengan kami berdagang dengan Rusia dalam setahun," papar Garibashvili dalam wawancara di Forum Ekonomi Qatar pada Rabu (24/5/2023), dilansir Politico.

"Ketika itu mengenai sanksi ekonomi. Georgia hanya akan menghasilkan keuntungan dagang dengan Rusia kurang dari 1 miliar dolar AS (Rp14,9 triliun) dalam setahun. Ini gila, bukan? Hanya Rp14,9 triliun tidak akan berdampak apapun terhadap ekonomi Rusia," tambahnya. 

Selama ini, Rusia merupakan rekanan dagang terbesar kedua Georgia. Pada 2022, hasil perdagangan antara kedua negara mencapai 2,5 miliar dolar AS (Rp37,3 triliun). Naiknya, perdagangan Rusia-Georgia ini berkat sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa pada Moskow.

2. Sanksi ke Rusia justru akan merugikan Georgia

Editorial Team

Tonton lebih seru di