Sekitar 40 ribu rakyat Ethiopia mengungsi ke Sudan karena konflik. (twitter.com/Filippo Grandi)
Hampir satu bulan lamanya, militer Ethiopia melakukan operasi militer untuk menumpas gerakan TPLF pada November.
Sejak saat dimulainya operasi militer tersebut, banyak para analis internasional yang memperkirakan bahwa konflik akan berlangsung lama. Selain itu, mereka juga memperkirakan bahwa TPLF bukanlah pasukan yang mudah ditaklukkan.
Alasannya, etnis Tigrayan sudah lama menguasai Ethiopia. Banyak sekali para pejabat yang telah menduduki posisi-posisi strategis. Selain itu, TPLF juga memiliki pengalaman militer panjang dan punya banyak jendral yang berprestasi.
Namun, ketika konflik akhirnya pecah antara militer federal Ethiopia melawan TPLF, serangan terus menerus yang dilancarkan pasukan federal membuat pasukan TPLF terus mundur dan terpojok.
Hingga akhirnya pada 28 November, ibukota Mekelle yang jadi pusat TPLF berhasil ditaklukkan.
Konflik itu, telah membuat ribuan orang menjadi korban dan puluhan ribu lainnya mengalami nasib memprihatinkan.
Hampir 50.000 orang meninggalkan wilayah Tigray dan melarikan diri melewati perbatasan untuk mengungsi ke Sudan. Dua juta orang, menurut PBB, membutuhkan bantuan pangan dan obat-obatan.
Sisa-sisa para pejuang dan pemimpin TPLF melarikan diri ke daerah pegunungan terpencil untuk terus melanjutkan perlawanan. Melansir dari laman France24 upaya untuk memburu pasukan TPLF terus dilakukan oleh Abiy Ahmed.
Pada 18 Desember 2020, Abiy menawarkan hadiah sebanyak 10 juta birr Ethiopia atau sekitar 250.000 USD atau setara dengan Rp. 3,5 miliar untuk orang-orang yang mampu memberikan informasi mengenai keberadaan para pemimpin TPLF.