Bantuan makanan untuk penduduk Tigray yang terancam kelaparan dan malnutrisi. (Twitter.com/WFP_Ethiopia)
Perang di Ethiopia terjadi di bagian ujung paling utara, yakni di regional Tigray. Di wilayah tersebut, ada satu kekuatan politik yang diperangi oleh pemerintah Ethiopia yakni TPLF. Oleh Perdana Menteri (PM) Ethiopia Abiy Ahmed Aly, TPLF dicap sebagai organisasi teroris.
Perang itu mulai pada bulan November 2020 dan sampai saat ini belum ada tanda-tanda selesai.
Ribuan korban berjatuhan dari kedua belah pihak dan ratusan ribu pengungsi Tigrayan (orang-orang Tigray) telah menderita kekurangan makanan. Perempuan hamil dan anak-anak juga dilaporkan mengalami malanutrisi.
Perang itu kini melebar ke regional tetangga yaitu di regional Afar yang berada di timur Tigray, dan regional Amhara yang berada di barat Tigray. Karenanya, ancaman kemanusiaan semakin serius.
Dalam satu bulan terakhir, pasokan makanan di kamp pengungsian telah semakin menipis tapi truk-truk yang membawa pasokan tidak bisa mengirim karena jalurnya diblokade.
Melansir France24, badan kemanusiaan PBB OCHA mengatakan "stok bantuan pangan semakin menipis, dan distribusi pangan baru telah dihentikan, selain di daerah-daerah di mana pasokan sudah dikirim dan dalam perjalanan."
Badan kemanusiaan PBB OCHA mengatakan aliran bantuan ke Tigray hampir berhenti sejak 20 Agustus, tanpa ada truk yang bisa masuk ke wilayah tersebut.
Menurut PBB, para pekerja bantuan telah berjuang untuk bisa mengakses para pengungsi, yang menurut lembaga tersebut sekitar 400.000 orang menghadapi kondisi seperti kelaparan.