PM Ethiopia, Abiy Ahmed. (Twitter.com/Abiy Ahmed Ali)
Anthony Blinken di hadapan Kongres Amerika Serikat menjelaskan laporan tentang "sumber kredibel" yang mengisahkan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Tigray. Melansir dari laman Al Jazeera, ia menyerukan "penyelidikan independen atas apa yang terjadi di sana." Dalam komentarnya di hadapan Kongres, ia juga menyatakan "situasi di Tigray hari ini tidak dapat diterima dan harus berubah."
Ethiopia selama beberapa dekade di bawah kekuasaan Tigray. Ketika itu, mereka terus berkonflik dengan Eritrea. Setelah Abiy Ahmed meraih kekuasaan, ia menjalin misi diplomatik dan mendamaikan konflik dengan Eritrea. Karena tindakan itu, Abiy Ahmed dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2019.
Namun, konflik di Tigray membuat banyak orang mempertanyakan kepemimpinan Abiy Ahmed. Dia dikritik karena memerintahkan operasi militer yang telah menyebabkan jutaan orang menderita. Konflik juga dicurigai melibatkan pasukan Eritrea.
Dalam tekanan baru yang dilakukan oleh Amerika Serikat kepada Ethiopia untuk melakukan penyelidikan independen atas kejahatan perang yang terjadi di Tigray, pemerintah Ethiopia mengatakan penyelidikan federal atas dugaan kejahatan sedang berlangsung.
Melansir dari laman Associated Press, para kritikus mengatakan pemerintah tidak dapat menyelidiki dirinya sendiri secara efektif. Para kritikus ingin ada penyelidikan internasional. Pemerintah Ethiopia dalam komentarnya yang terbaru menunjukkan keterbukaan terhadap penyelidikan yang melibatkan kelompok-kelompok luar.
Sedangkan Kementerian Luar Negeri Ethiopia kemudian mengatakan bahwa pihaknya siap untuk bekerja dengan para ahli hak asasi manusia internasional untuk melakukan penyelidikan atas tuduhan pelanggaran.