Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi menara pemantau.(unsplash.com/Paulius Dragunas)

Jakarta, IDN Times - Filipina meresmikan pengkalan penjaga pantai pemantau baru di pulau mereka duduki di Laut China Selatan yang disengkatan pada Jumat (1/12/2023).

Persaingan laut lepas antara kapal-kapal China dan Filipina semakin meningkat tahun ini. Filipina berencana untuk memperluas patroli bersama dengan Amerika Serikat (AS) dan Australia untuk melawan ancaman China di wilayah tersebut.

Penasehat Keamanan Nasional, Eduardo Ano dan pejabat Filipina lainnya turut serta meresmikan pangkalan pemantau baru yang didirikan di Pulau Thitu itu. Gedung baru tersebut rencananya akan dilengkapi radar, pelacakan kapal dan alat pematau lainnya.

“Ini bukan lagi zona abu-abu. Itu murni penindasan,” kata Ano setelah upacara di pantai, seraya menggambarkan tindakan kapal-kapal Tiongkok sebagai tindakan yang secara terbuka melanggar hukum internasional.

1. Banyak kapal-kapal milisi China di sekitar Pulau Thitu

Setelah melihat dari teleskop yang dipasang di Pulau Thitu, Ano mengatakan dirinya melihat setidaknya 18 kapal yang diduga milik milisi China yang tersebar di Thitu.

Penduduk desa sudah terbiasa melihat kapal-kapal China bersembunyi di kejauhan dari pulau tersebut, meskipun mereka terkadang dihantui rasa takut jika kapal-kapal itu menyusup ke pulau Thitu.

“Saya terkadang berpikir bahwa mereka akan tiba-tiba menerobos masuk ke wilayah kami,” kata Daisy Cojamco, ibu tiga anak berusia 51 tahun yang suaminya bekerja sebagai pegawai pemerintah kota.

Filipina mengklaim wilayah Thitu sebagai kota lepas pantai paling kecilnya di bawah administrasi provinsi pulau Palawan di bagian barat. Hal tersebut mendorong keluarga nelayan untuk pindah ke pulau tersebut dengan insentif beras gratis serta menegaskan kendali mereka atas pulau yang diklaim China dan Vietnam.

2. China laukan patroli bersama dengan AS dan Australia di Laut China Selatan

Editorial Team

Tonton lebih seru di