Ilustrasi pemilu. (Unsplash.com/Element5 Digital)
Para pengamat khawatir proses tersebut dapat menguntungkan para penguasa baru negara itu. Para pemimpin transisi dilarang mencalonkan diri sebagai presiden, tapi hal itu tidak berlaku untuk Nguema.
Rukmini Sanyal, seorang analis di Economist Intelligence Unit mengatakan perubahan itu menawarkan sejumlah pengawasan terhadap kekuasaan, tapi secara keseluruhan memberikan terlalu banyak kekuasaan bagi presiden.
"Masih ada risiko tinggi bahwa proses pemilu akan dimanipulasi untuk mempertahankan kekuasaan yang dipimpin militer, mengingat kontrol junta yang mengakar atas badan-badan elektoral, peradilan, dan legislatif negara," tulis Sanyal dalam sebuah catatan menjelang pemungutan suara.
Referendum konstitusi ini merupakan janji dari para pemimpin kudeta untuk mengambil langkah-langkah menuju pembentukan pemerintahan demokrasi. Pemerintahan sementara telah menetapkan pemilihan presiden berlangsung pada musim panas tahun depan.