Gagal Prediksi Perang Rusia-Ukraina, Kepala Intelijen Prancis Dipecat

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Prancis pada Rabu (30/3/2022) memecat seorang Kepala Intelijen Militer atau DRM (Direction du Renseignement Militaire), Jenderal Eric Vidaud. Pencopotan pejabat militer ini berkaitan dengan dugaan pemberian informasi inteljien menyimpang soal serangan Rusia di Ukraina.
Dilansir BBC, Vidaud baru menjabat sebagai pemimpin di DRM sejak musim panas tahun lalu atau sekitar tujuh bulan. Kabar lain yang beredar adalah Vidaud dicopot dari jabatannya karena restrukturisasi organisasi.
1. Gagal memprediksi tepat serangan Rusia seperti intelijen AS
Pencopotan Vidaud ini diduga erat kaitannya dengan kesalahan DRM yang ditugaskan menganalisis ketegangan antara Rusia dengan Ukraina. Pasalnya, Vidaud telah salah dalam memprediksi serangan Rusia ke Ukraina yang terjadi sebulan lalu.
Kesalahan tersebut diakui oleh Panglima Jenderal Prancis, Thierry Burkhard dalam surat kabar Le Monde dilansir The Guardian, bahwa terdapat perbedaan analisis antara intelijen Prancis dan AS terkait apa yang terjadi di Ukraina.
"Pihak intelijen Amerika Serikat mengatakan bahwa Rusia akan menyerang, dan prediksi mereka tepat. Badan intelijen kita berpikir bahwa invasi ke Ukraina akan menggelontorkan dana yang sangat mahal dan Rusia memiliki opsi lainnya untuk mencapai tujuannya," ungkap Burkhard.
Diketahui, Amerika Serikat telah menerjunkan intelijen berkualitas tinggi pada persiapan Rusia dan melaporkan sesuatu yang tak terduga. Beberapa minggu sebelum invasi, mereka mengumumkan informasi publik sebagai upaya memberi tekanan kepada Putin.