Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi (Twitter.com/Armée française - Opération BARKHANE)

Jakarta, IDN Times - Junta militer Niger yang menggulingkan Presiden Mohammaed Bazoum, mengatakan bahwa 400 tentara Prancis yang ada di kota Ouallam akan meninggalkan negara itu. Ratusan tentara tersebut merupakan gelombang pertama yang akan diikuti gelombang selanjutnya.

Prancis memiliki sekitar 1.500 tentara yang berada Niger. Tentara itu membantu pemerintah Niger sebelumnya dalam melawan ancaman kelompok militan jaringan ISIS-Alqaeda. Akan tetapi, sejak Presiden Bazoum digulingkan, junta memutuskan semua kerja sama militer dengan Prancis dan meminta tentara Paris untuk meninggalkan negara itu.

Prancis awalnya bersikukuh tidak mau melakukannya. Mereka mengatakan hanya akan melakukan kesepakatan dengan Presiden Bazoum yang dianggap sebagai otoritas yang sah di Niger yang berada di Afrika Barat tersebut.

1. Perlindungan udara untuk penarikan pasukan

ilustrasi pasukan Prancis di Afrika Barat (Twitter.com/Armée française - Opération BARKHANE)

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan pada 24 September 2023 akan menjadi penarikan ribuan tentaranya yang ada di Niger. Pekan ini, militer Prancis mengatakan bahwa gelombang pertama dari penarikan tentara itu akan dimulai.

"Kami akan memulai operasi penarikan (tentara) minggu ini, dengan baik, aman dan berkoordinasi dengan warga Niger," kata markas militer Prancis pada Kamis (5/10/2023) dikutip dari France24.

Sekitar 400 tentara Prancis telah dikerahkan bersama pasukan lokal di kota Ouallam, barat laut Niger. Itu adalah tempat yang dekat perbatasan dengan Burkina Faso dan Mali. Zona tiga perbatasan itu, dikenal sebagai titik  berkumpulnya kelompok jaringan militan jihadis.

Tentara yang ditarik, disebut memerlukan perlindungan untuk meninggalkan posisi mereka yang terbuka. Kemungkinan akan dikirim dukungan udara dari pasukan yang berada di pangkalan udara ibu kota Niamey.

2. Pangkalan udara tempat tentara Prancis bermarkas akan dibongkar akhir tahun

Mundurnya Prancis akan menjadi salah satu pukulan besar bagi Paris dan Barat dalam mencoba melawan kudeta militer yang terjadi di Afrika Barat. Ini mengikuti Burkina Faso dan Mali yang sebelumnya juga telah dilanda kudeta, dan telah memutus hubungan dengan Prancis.

Dilansir VOA News, junta militer Niger telah mendesak Prancis untuk segera meninggalkan negara itu. Pada Kamis, mereka juga mengatakan bahwa pangkalan udara Niamey, tempat sebagian besar tentara Prancis bermarkas, akan segera dibongkar akhir tahun ini.

Sejak dilanda kudeta, massa pendukung junta militer Niger telah berkemah di luar pangkalan Niamey. Mereka menutut penarikan pasukan karena Paris dianggap memberi pengaruh berlebihan dan gagal menyelesaikan krisis keamanan melawan militan jihadis.

3. Kemenangan dan kekhawatiran di Niger

ilustrasi bendera Niger (Pixabay.com/Chickenonline)

Pengumuman penarikan pasukan Prancis ditanggapi dengan tepuk tangan kemenangan oleh para pendukung junta militer Niger. Maikoul Zodi, seorang aktivis Niger, menilai penarikan itu adalah kemenangan yang jelas.

"(Ini karena minggu lalu) dia (Macron) mengatakan bahwa hanya Presiden terguling Mohamed Bazoum yang berhak memerintahkan penarikan pasukan Prancis. Sekarang rakyat Niger telah menunjukkan bahwa Niger adalah milik rakyat Niger," katanya dikutip dari Deutsche Welle.

Namun kemenangan kudeta Niger itu diperingatkan oleh analis politik Ghana, Mutaru Mumuni Muqthtar. Dia mengatakan ada banyak tantangan yang dihadapi Niger, salah satu negara termiskin di dunia.

"Kegembiraan ini tidak akan berlangsung lama karena negara ini, saat ini, tidak memiliki kapasitas untuk mendorong dirinya sendiri menuju kemakmuran, menuju stabilitas, untuk memastikan kemajuan berkelanjutan dalam menghadapi ancaman yang saat ini dihadapinya," kata Muqthtar.

Analis keamanan dan kebijakan negara yang berbasis di Nigeria, Kabir Adamu, menjelaskan bahwa situasi keamanan di wilayah Sahel, khususnya di Niger saat ini mengerikan.

"Kita berpotensi melihat terulangnya apa yang terjadi di Afghanistan. Ada sebagian besar wilayah yang didominasi oleh kelompok bersenjata non-negara. Ini sangat mengkhawatirkan," jelasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team