Gempa Afghanistan Disebut Bencana Parah, WFP Desak Bantuan Kemanusiaan

Jakarta, IDN Times - Program Pangan Dunia (WFP) pada Rabu (11/10/2023) menyebut gempa bumi yang melanda Afghanistan baru-baru ini sebagai bencana yang sangat parah, dan mendesak masyarakat internasional untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke negara yang telah dilanda krisis tersebut.
Kurangnya dana telah menghambat upaya bantuan untuk korban bencana gempa bumi di Afghanistan. Pemerintah Taliban mengatakan gempa bumi dan gempa susulan yang mengguncang negara itu sejak Sabtu (7/10/2023) telah menewaskan sedikitnya 2.400 orang dan melukai lebih dari 2.000 lainnya.
“Di Afghanistan, ini adalah bencana di atas bencana, di atas bencana, di atas bencana,” kata Philippe Kropf, kepala komunikasi Program Pangan Dunia (WFP) Afghanistan, dikutip Reuters.
Ia sedang berada di Herat, sebuah provinsi di barat laut tempat WFP mulai mendistribusikan ransum. Ia menambahkan bahwa semua rumah dan pusat kesehatan hancur akibat gempa, serta masyarakat kehilangan mata pencahariannya.
“Kita mempunyai 50 juta orang yang tidak tahu dari mana makanan mereka selanjutnya akan berasal, dan Program Pangan Dunia hanya mampu mendukung 3 juta orang karena kekurangan dana yang sangat besar."
1. Sebagian besar korban luka adalah perempuan dan anak-anak
Kropf mengatakan, WFP awalnya menyediakan 2.100 kilokalori makanan per hari untuk setiap keluarga yang terdiri dari tujuh orang selama sebulan, dan akan mempertimbangkan bentuk bantuan lainnya seperti uang tunai dalam beberapa minggu mendatang.
Untuk memerangi malnutrisi, badan PBB itu juga telah mendistribusikan biskuit berenergi tinggi dan selai kacang khusus. Pihaknya mengatakan perempuan hamil dan menyusui serta anak-anak termasuk di antara kelompok yang paling rentan.
"Jika kita bisa membantu mereka mencegah malnutrisi, itulah cara kita melakukannya, karena mencegah malnutrisi jauh lebih murah dibandingkan mengobati malnutrisi," kata Kropf.
Alaa AbouZeid, kepala tanggap darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di negara itu, pada Senin (9/10/2023) mengatakan bahwa dua pertiga dari korban luka di Afghanistan adalah perempuan dan anak-anak.