Ilustrasi aksi unjuk rasa. (Unsplash.com/Pawel Janiak)
Melansir Reuters, juru bicara Organisasi Guinea untuk Hak Asasi Manusia, Alseny Sall, menyampaikan bahwa saat ini setidaknya sudah ada 600 korban insiden stadion yang berhasil diidentifikasi.
Beberapa jenazah korban ada yang tidak sampai kepada keluarga. Salah satu yang mengalami hal itu adalah Salimatou Bah, seorang penjual beras, yang suaminya merupakan salah satu korban.
"Hal terberat bagi saya adalah tidak bisa meratapi suami saya. Mayatnya hilang dan tidak pernah dikembalikan kepada kami. Ini adalah situasi yang membebani saya. Yang kami inginkan hanyalah keadilan. Persidangan ini harus memastikan hal seperti itu tidak pernah terjadi lagi di negara ini," katanya.
Asmaou Diallo, ayah korban yang juga korban, mengaku bahwa dirinya diserang dan nyaris tidak bisa menyelamatkan diri. Dia juga melihat putranya terbunuh di depannya.
"Citra yang paling mengejutkan bagi saya hari itu adalah tubuh anak saya yang terbunuh. Saya masih belum memproses apa yang terjadi. Mengetahui bahwa persidangan ini akan berlangsung adalah untuk semua korban awal dari harapan untuk pembebasan," kata Diallo, yang sekarang mengepalai asosiasi orang tua dan korban pembantaian.