Ilustrasi sekolah di daerah Xinjiang, Tiongkok (IDN Times/Uni Lubis)
Sidik tidak bisa menolak meski ia tidak mau melakukannya. Ini lantaran dia mendapatkan ancaman nyata dari para petugas setempat. Sidik juga mengetahui nasib buruk yang menimpa kelompok minoritas Muslim di sana yang tidak patuh pada instruksi pemerintah.
Ia menyimpan bukti ancaman yang dikirimkan lewat sebuah pesan singkat dalam bahasa Uighur.
"Jika terjadi sesuatu, siapa yang akan menanggung? Jangan berjudi dengan hidup Anda, jangan coba-coba. Ini bukan hanya soal Anda. Anda harus memikirkan keluarga dan sanak-saudara di sekitar Anda," tulis pesan itu.
"Jika Anda bertengkar dengan kami di depan pintu dan menolak berkolaborasi dengan kami, Anda akan kami bahwa ke kantor polisi dan duduk di kursi logam," tambahnya.
Ketika gilirannya untuk disterilkan, Sidik mengaku tidak melihat ada satu pun perempuan etnis Tiongkok di antara antrean.
"Pada 2017, hanya karena saya bekerja di sebuah sekolah, mereka memberikan saya pilihan untuk memakai IUD atau operasi sterilisasi. Namun, pada 2019, mereka berkata ada perintah dari pemerintah bahwa setiap perempuan berumur 18 sampai 59 tahun harus steril. Jadi, mereka berkata Anda harus melakukannya sekarang," kata Sidik.