Protes merebak di Uganda setelah capres oposisi ditangkap. (twitter.com/#UGANDAISBLEEDING)
Pengadilan tinggi Uganda telah berusaha mengunjungi rumah Bobi Wine pada hari Senin, 25 Januari 2021. Namun kondisi kompleks rumah Wine masih dikelilingi oleh ratusan personel militer dan polisi. Duta besar Amerika Serikat untuk Uganda, Natalie E. Brown, juga telah berusaha mengunjungi Wine.
Upaya yang dilakukan oleh Dubes AS tersebut tidak bisa dilakukan. Ratusan personel militer dan polisi memblokir akses masuk ke rumah Wine. Dubes AS akhirnya mengunggah postingan tentang posisi pengadilan yang tidak memihak dan Washington menyerukan agar petugas keamanan mematuhi keputusan pengadilan.
Melansir dari laman Associated Press, tanggapan juga tidak hanya dilayangkan oleh Dubes AS, tetapi juga oleh juru bicara PBB, Stephane Djuarric. “Sangat penting bahwa pasukan keamanan benar-benar menahan diri dan juga mematuhi perintah.”
Juru bicara militer Uganda, Flavia Byekwaso mengatakan akan mematuhi keputusan pengadilan karena militer tidak berada “di atas hukum”. Juru bicara kepolisian Uganda, Fred Enanga, mengatakan kepada wartawan bahwa kepolisian adalah “lembaga yang taat hukum dan yang menghormati dan menegakkan hukum, kami mematuhi keputusan tersebut.”
Meski pengadilan telah memutuskan untuk melepaskan Wine, tapi faktanya beberapa jam setelah keputusan itu dibuat, ratusan personel keamanan masih bertahan mengurung Wine. Sejarah peralihan kekuasaan di Uganda, hampir tidak pernah berjalan secara damai.
Moseveni pun meraih kekuasaannya dengan pemberontakan gerilya selama bertahun-tahun. Pemilu kali ini juga penuh dengan kekerasan sejak awal kampanye, sampai pemimpin oposisi dikurung di rumahnya secara ilegal.