Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Palestina (unsplash.com/Ömer Yıldız)
bendera Palestina (unsplash.com/Ömer Yıldız)

Jakarta, IDN Times - Sebuah website yang terkait dengan Hamas memperingatkan individu atau kelompok Palestina agar tidak bekerja sama dengan Israel dalam mengamankan konvoi bantuan yang masuk ke Jalur Gaza.

Menurut situs keamanan Hamas Al-Maj, siapapun yang melakukan hal tersebut akan dianggap sebagai kolaborator Israel dan ditindak dengan tangan besi.

“Upaya pendudukan (Israel) untuk berkomunikasi dengan para pemimpin dan klan dari beberapa keluarga untuk beroperasi di Jalur Gaza dianggap sebagai kolaborasi langsung dengan pendudukan dan merupakan pengkhianatan terhadap bangsa yang tidak akan kami toleransi,” demikan kata situs tersebut pada Senin (11/3/2024), mengutip seorang pejabat keamanan Palestina.

“Upaya pendudukan untuk membentuk badan-badan yang mengelola Gaza adalah ‘konspirasi gagal’ yang tidak akan terwujud.”

1. Israel disebut berencana mempersenjatai warga Palestina untuk mengamankan konvoi bantuan

Media Israel sebelumnya melaporkan bahwa Tel Aviv sedang mempertimbangkan rencana untuk mempersenjatai beberapa individu atau kelompok Palestina di Gaza dalam upaya memberikan perlindungan keamanan bagi truk-truk bantuan. Namun, kantor Perdana Menteri Israel menolak mengomentari laporan tersebut.

Keamanan distribusi bantuan di Gaza telah menjadi masalah serius dengan semakin runtuhnya ketertiban sipil di sana, sementara polisi menolak memberikan pengawalan terhadap konvoi bantuan karena risiko menjadi sasaran pasukan Israel.

Gaza memiliki beberapa klan keluarga tradisional yang besar, yang berafiliasi dengan faksi politik termasuk Hamas dan Fatah, kelompok yang mendominasi Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat yang diduduki. Beberapa dari klan tersebut diyakini memiliki persenjataan lengkap, namun belum ada indikasi bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk bekerja sama dengan Israel.

2. Dunia harus fokus untuk mengakhiri perang

Menanggapi rencana Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) untuk membuka koridor laut untuk pengiriman bantuan ke Jalur Gaza, pejabat senior Hamas Basem Naim mengatakan bahwa hal itu adalah langkah positif, namun dunia seharusnya lebih berupaya mengakhiri perang.

“Memastikan seluruh kebutuhan penduduk di Jalur Gaza terpenuhi bukanlah sebuah bantuan dari siapa pun; ini adalah hak yang dijamin berdasarkan hukum kemanusiaan internasional bahkan di masa perang,” kata Naim kepada Reuters.

“Jika pemerintah AS serius dalam menyelesaikan krisis kemanusiaan ini, jalan termudah dan terpendek adalah berhenti menggunakan hak veto untuk memungkinkan gencatan senjata tercapai, dan memaksa Israel untuk membuka semua jalur darat dan mengizinkan masuknya semua bantuan yang diperlukan,” tambahnya

3. Pengiriman bantuan di Gaza semakin sulit

Pengiriman bantuan ke Gaza semakin sulit dan berbahaya. Program Pangan Dunia (WFP) telah menghentikan pengiriman ke Gaza utara bulan lalu, setelah konvoinya mengalami kekacauan dan kekerasan di sana.

Hal ini mengakibatkan beberapa negara, seperti AS dan Yordania, mengambil tindakan sementara dengan mengirimkan bantuan melalui udara. Namun, langkah itu dikritik oleh lembaga-lembaga bantuan karena dianggap sebagai cara yang mahal dan tidak efektif untuk menyalurkan makanan dan pasokan medis.

Pada Jumat (8/3/2024), lima orang dilaporkan tewas akibat tertimpa paket bantuan di utara Kota Gaza. Hal ini terjadi lantaran parasutnya gagal terbuka di udara.

Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan bahwa lebih dari 30.900 telah terbunuh di wilayah itu akibat serangan Israel sejak lima bulan lalu. Mayoritas dari korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Militer Israel melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza sebagai pembalasan atas serangan Hamas di wilayahnya pada 7 Oktober. Sekitar 1.200 orang dilaporkan tewas di Israel dan 253 lainnya disandera oleh Hamas. Lebih dari 100 sandera telah dibebaskan selama gencatan senjata singkat pada November.

Konflik di Gaza juga telah menciptakan krisis kemanusiaan yang begitu besar. PBB mengatakan bahwa kelaparan di Gaza hampir tidak dapat dihindari, dengan perkiraan 300 ribu orang di sana hidup dengan sedikit makanan atau air bersih.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah