Choi Seul-ki menganggap telah terjadi pergantian tren atau pandangan terkait pernikahan di Korea Selatan. “Bagi sebagian besar anak muda Korea, menikah dan memiliki anak sekarang dianggap sebagai pilihan, bukan norma sosial yang harus mereka ikuti," kata Choi, dilansir The Korea Times.
"Daripada langsung mendesak mereka untuk menikah, pemerintah harus menciptakan lingkungan di mana pernikahan adalah hal yang menarik. pilihan bagi generasi muda,” tambahnya.
Dia mendesak Pemerintah Korea Selatan untuk mengatasi faktor-faktor yang mendasari keengganan kaum muda untuk menikah, seperti tingkat pengangguran yang suram, perumahan yang mahal, ketidaksetaraan sosial, dan sifat masyarakat yang sangat kompetitif.
Para peneliti di negara lain tampaknya lebih pesimis terhadap krisis demografi Korea. Laporan Peterson Institute for International Economics (PIIE) yang diterbitkan pada tahun 2021 menyimpulkan bahwa tampaknya tidak ada langkah terobosan yang tersedia bagi Korea Selatan untuk menaikkan tingkat fertilitas.
"Secara keseluruhan, tampaknya tidak ada cara yang jelas bagi pemerintah Korea Selatan untuk mengamankan pemulihan kesuburan melalui pengeluaran publik," baca laporan berjudul, "The pandemic's long reach: Korea's fiscal and fertility outlook".