Demonstrasi kali ini berawal dari tingginya harga LPG (Liquefied Petroleum Gas) di kota penghasil minyak, Zhanaozen menjelang tahun baru. Hal inilah yang mendorong gerakan protes di beberapa kota utama Kazakhstan, meliputi Aktau, Aktobe, Shymkent, Almaty dan Nur Sultan.
Aksi tersebut dilatarbelakangi solidaritas kepada warga Zhanaozen yang pertama kali melakukan protes. Masalahnya, warga juga memprotes mengenai masalah korupsi, tingginya angka pengangguran, dan rendahnya upah yang selama ini menjadi masalah besar di Kazakhstan.
Kenaikan harga LPG diketahui sangat drastis, yang sebelumnya hanya sekitar 50 tenge (Rp1.650) pada 2021, memaski 2022 harganya menjadi 120 tenge (Rp3.900) di seluruh SPBU yang terdapat di Mangystau, dilansir dari RFE/RL.
Kenaikan harga disebabkan oleh reformasi pada 2019 yang mengubah sistem perdagangan elektronik LPG. Namun, hal itu menyebabkan perdagangan LPG naik secara berkala dalam tiga tahun terakhir dan mencapai puncaknya pada 1 Januari 2022, dilaporkan dari RT.