Kudeta Niger menuai banyak kecaman, termasuk dari PBB.
Prancis menjadi negara yang kemungkinan paling terdampak secara bilateral, karena negara itu merupakan bekas penjajah di Niger sekaligus sahabat Presiden Mohamed Bazoum yang digulingkan.
Paris telah mengumumkan evakuasi warga yang berada di Niger dan membatasi kegiatan ekonominya. Tapi perusahaan pengelola tambang nuklir Prancis Orano tetap melanjutkan ekstraksi uraniumnya.
Dilansir Euroactiv, perusahaan Prancis itu mengelola tambang di bagian utara dengan lebih dari 900 stafnya berasal dari penduduk setempat. Ada kemungkinan negara di Afrika Barat itu akan membatasi ekspornya sehingga menghambat produksi tenaga nuklir Prancis.
"Krisis (Niger) saat ini tidak membawa risiko jangka pendek pada kapasitas pasokan Orano baik di Prancis maupun internasional," kata juru bicara Orano.
Antara 2005 dan 2020, Niger adalah pengekspor uranium terbesar ketiga Prancis, dengan 17,9 persen dari total pasokan (24.787 ton). Kazakhstan adalah nomor satu dengan 20,1 persen (27.748 ton) dari seluruh ekspor, dan Australia berada di urutan kedua dengan 18,7 persen (25.804 ton).