Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern ketika berkampanye (ANTARA FOTO/REUTERS/Fional Goodall)
Bahkan, Perdana Menteri Jacinda Ardern mengakui dirinya, zaman dulu banget, pernah mengonsumsi ganja. Ardern menyampaikan hal itu dalam debat yang disiarkan televisi, dalam pemilu Selandia Baru belum lama ini.
Laman The Guardian melaporkan, meskipun melanggar aturan, sebanyak 80 persen populasi di Negeri Kiwi itu mengakui pernah mengonsumsi ganja. Penggunaan bahan baku ganja dalam obat-obatan dengan resep dokter selama ini diperbolehkan di sana.
Tanaman ganja mudah ditemui di seantero negeri, terutama di bagian utara yang iklimnya sub tropikal, dan ganja sudah lama diperdagangkan di pasar gelap.
Yayasan obat-obatan, yang mendukung legalisasi ganja menyampaikan data, 80 persen yang mengakui pernah konsumsi ganja melakukannya di usia 20 tahun, dan 12 persen mengaku mengonsumsi ganja di tahun-tahun sebelumnya. Mirip pengalaman PM Ardern.
Di sini nampak bahwa warga Kiwi tergolong pengguna ganja terbesar di dunia. Bandingkan dengan laporan terkait soal kondisi di negara tetangganya, Australia. Laporan 2019 menunjukkan di Negeri Kanguru, hanya 36 persen warganya mengaku pernah mencicipi ganja selama hidup mereka dan 11,6 persen konsumsi ganja sedikitnya satu kali dalam setahun.
Di Kanada, konsumsi ganja secara reguler di kalangan warga usia 15 tahun ke atas meningkat 16,8 persen, dari 14,9 persen setelah ganja dilegalkan pada 2018. Studi yang dilakukan pemerintah Kanada juga menunjukkan hampir separuh warga Kanada menggunakan ganja dalam periode sejak 2018.
PM Ardern (40 tahun), dalam debat pemilu, menolak mengatakan bagaimana sikapnya dalam referendum, sementara pemimpin oposisi Judith Collins (61 tahun) menyatakan akan menolak legalisasi ganja dalam referendum.
Ardern memenangi pemilu dengan suara signifikan dan memimpin Negeri Kiwi ujtuk periode kedua.