Pertemuan Pleno AMM 2022, Phnom Penh. (dok. Kemlu RI)
Sementara itu, mekanisme special envoy dalam dua keketuaan sebelumnya, yaitu Brunei Darussalam dan Kamboja, dinilai gagal. Hassan mengatakan, ada sembilan special envoy, tujuh dari PBB, dua dari ASEAN, dan semuanya tidak berhasil.
“Pengangkatan special envoy ini dalam menyelesaikan masalah harus dilihat lagi, ya mungkin memodifikasi Lima Poin Konsensus,” ucap Hassan.
Dia menuturkan, sejak keketuaan Brunai, soal special envoy ini kerap dipermasalahkan.
“Judulnya A Special Envoy, itu singular atau plural? Kan jelas A Special Envoy. Tapi perdebatan cukup lama seperti dari Malaysia, Singapura, bahkan Thailand menghendaki itu plural. Enggak masuk akal,” tukas Hassan.