Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pasukan Hizbullah berbaris di sebuah upacara. (commons.wikimedia.org/Khamenei.ir)
Pasukan Hizbullah berbaris di sebuah upacara. (commons.wikimedia.org/Khamenei.ir)

Intinya sih...

  • Hizbullah menyebut Tabatabai sebagai komandan besar dengan posisi strategis

  • Wilayah Haret Hreik kembali tegang setelah serangan ini mematahkan periode ketenangan

  • Israel beralasan operasi tersebut sebagai perencanaan strategis

  • Serangan dilakukan atas rekomendasi Menteri Pertahanan Israel dan Kepala Staf Angkatan Darat

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Hizbullah mengonfirmasi bahwa komandan senior Haitham Ali Tabatabai tewas dalam serangan udara Israel di wilayah pinggiran Beirut, Minggu (23/11) waktu setempat. Tabatabai adalah salah satu figur militer paling senior dalam struktur organisasi tersebut.

Dalam pernyataannya, kelompok itu menyebut, Tabatabai tewas dalam serangan Israel di kawasan Haret Hreik, sebuah wilayah yang menjadi basis kuat Hizbullah di selatan Beirut.

Tabatabai menjabat sebagai wakil dari Wakil Sekretaris Hizbullah, Naim Qassem, sehingga kematiannya menjadi kehilangan terbesar bagi kelompok tersebut sejak gencatan senjata November 2024 diberlakukan.

Selain Tabatabai, Hizbullah juga menyatakan, empat anggota lain tewas dalam serangan pada gedung apartemen yang terletak di area padat aktivitas tersebut.

1. Tabatabai komandan besar Hizbullah

Dalam pernyataannya, Hizbullah menyebut, Tabatabai sebagai komandan besar yang memiliki posisi strategis dalam kepemimpinan militer kelompok itu. Kelompok tersebut mengaitkan kematiannya dengan apa yang mereka sebut sebagai agresi terencana Israel.

“Pengorbanannya yang besar akan membawa harapan baru, tekad, dan kekuatan bagi para pejuang lainnya, serta memperkuat tekad mereka untuk melanjutkan jalan perjuangan,” demikian pernyataan Hizbullah, dikutip dari The National, Senin (24/11/2025).

Wilayah Haret Hreik diketahui telah relatif tenang selama sekitar lima bulan sebelum serangan ini, setelah Israel melancarkan serangan sebelumnya pada Juni lalu. Ketegangan kembali meningkat setelah serangan terbaru ini mematahkan periode ketenangan tersebut.

Kehilangan seorang komandan pada level ini dinilai berpotensi memengaruhi dinamika operasional Hizbullah, meski kelompok itu menegaskan bahwa struktur militernya tetap solid.

2. Israel beralasan operasi tersebut sebagai perencanaan strategis

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, serangan dilakukan atas rekomendasi Menteri Pertahanan Israel Katz serta Kepala Staf Angkatan Darat Letjen Eyal Zamir. Penjelasan ini menunjukkan bahwa operasi tersebut merupakan langkah yang direncanakan secara strategis.

“Israel bertekad bertindak untuk mencapai tujuannya di mana pun dan kapan pun,” demikian pernyataan kantor perdana menteri.

Tabatabai sebelumnya masuk dalam daftar sanksi Amerika Serikat dan dikategorikan sebagai ‘teroris’ global yang ditunjuk secara khusus, dengan imbalan hingga 5 juta dolar AS  bagi siapa pun yang memberikan informasi terkait dirinya. Status ini menegaskan pengaruh strategis Tabatabai dalam jaringan militer yang lebih luas.

Departemen Luar Negeri AS menyebutkan, Tabatabai pernah memimpin pasukan khusus Hizbullah di Suriah, di mana kelompok itu berperan penting dalam mendukung rezim Bashar al-Assad.

3. Posisi Lebanon di tengah eskalasi

Sejumlah kelompok bersenjata pro-Iran di kawasan mengeluarkan pernyataan belasungkawa atas kematian Tabatabai. Respons tersebut menunjukkan keterhubungan jaringan aliansi militer Iran di Timur Tengah yang sering bereaksi secara kolektif.

Israel telah berulang kali mengancam untuk meningkatkan serangan di Lebanon, dengan alasan bahwa pemerintah Beirut bergerak terlalu lambat dalam upaya melucuti senjata Hizbullah. Tekanan dari Washington terhadap Lebanon juga meningkat dalam isu tersebut.

Hizbullah, di sisi lain, menolak membuka pembicaraan mengenai pelucutan senjata dalam situasi keamanan saat ini. Penolakan tersebut menegaskan bahwa kelompok itu melihat tekanan Israel dan AS sebagai upaya melemahkan posisi tawarnya.

Meski gencatan senjata yang ditengahi AS dan Prancis diberlakukan tahun lalu, Israel tetap melakukan serangan di Lebanon selatan dan mempertahankan pendudukan di lima titik wilayah perbatasan. Kondisi ini menandakan bahwa stabilitas jangka panjang masih jauh dari harapan bagi kedua belah pihak.

Editorial Team