Operasi Barkhane Prancis di Mali (Twitter.com/Fdesouche.com est une revue de presse)
Mali telah jatuh dalam kekacauan sejak 2012, saat para militan Islam melancarkan pemberontakan di sebelah utara. Para militan itu memiliki afiliasi dengan ISIS dan al-Qaeda, dan menggunakan wilayah Mali yang dikuasai untuk melancarkan serangan ke negara tentangga seperti Burkina Faso dan Niger.
Mali yang kesulitan akhirnya meminta bantuan kepada Prancis untuk memberantas dan mengusir para militan. Prancis meluncurkan Operasi Barkhane untuk menumpas para militan. Tapi sejak kudeta militer terjadi di Mali dan junta menguasai pemerintahan, Prancis memilih untuk mundur dari negara tersebut.
Mali kemudian disebut menyewa tentara bayaran Grup Wagner Rusia untuk membantu melatih tentaranya. Langkah itu dikritik oleh banyak negara karena Wagner memiliki catatan buruk tentang pelanggaran hak asasi manusia.
Peristiwa pembantaian terbaru, yang diduga melibatkan tentara bayaran Rusia, mendapatkan kecaman dari banyak negara. Prancis termasuk salah satunya.
Dilansir France24, Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan, "sangat prihatin dengan informasi pembunuhan massal di Moura oleh unsur-unsur angkatan bersenjata Mali disertai tentara bayaran Rusia dari kelompok Wagner, yang dikatakan telah menyebabkan kematian ratusan warga sipil."
Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE), menyebut laporan pembunuhan itu sangat mengkhawatirkan.
"Perang melawan terorisme sama sekali tidak dapat membenarkan pelanggaran HAM besar-besaran," katanya.