Jakarta, IDN Times - Pemerintah China diduga berupaya menghapus jejak budaya dan agama dari etnis minoritas Muslim Uighur, dengan mengganti nama ratusan desa dan kota di wilayah Xinjiang.
Xinjiang, yang terletak di bagian barat China, telah lama menjadi tempat tinggal bagi mayoritas Muslim Uighur dan memiliki bahasa dan tradisi yang berbeda dengan etnis Han yang mendominasi China.
Menurut laporan Human Rights Watch (HRW) dan Uyghur Hjelp, sedikitnya ada 630 nama tempat yang diubah sepihak oleh otoritas China. Beijing kemudian menggantikannya dengan istilah yang mencerminkan ideologi Partai Komunis.
Melansir dari The Guardian pada Rabu (19/6/2024), sebagian besar perubahan terjadi pada periode puncak penindasan terhadap warga Uighur antara 2017-2019.