Rekam jejak catatan hak asasi manusia Arab Saudi sebenarnya telah berada dibawah pengawasan yang meningkat dari beberapa kelompok aktivis dan sekutu negara Barat. Ini terjadi sejak jurnalis Washington Post dimutilasi pada 2018.
Pangeran Mohammad bin Salman yang telah melakukan berbagai reformasi di kerajaan juga pernah mengatakan akan mengurangi hukuman mati dan menggantinya dengan "uang darah."
Meski begitu, masih ada beberapa pengecualian. Menurut Pangeran bin Salman dalam sebuah wawancara, "jika seseorang membunuh seseorang, orang lain, keluarga orang itu berhak, setelah pergi ke pengadilan, untuk menerapkan hukuman mati, kecuali mereka memaafkannya. Atau jika seseorang mengancam kehidupan banyak orang, itu berarti dia harus dihukum dengan hukuman mati," dikutip Associated Press.
Hukuman mati di Saudi telah menimbulkan protes dan kecaman dari banyak pihak. Hukuman eksekusi mati massal terbaru juga menimbulkan kecaman.
Middle East Eye mengabarkan, Wakil Direktur Penangguhan Hukum Soraya Bauwens dalam sebuah pernyataan mengatakan, "baru minggu lalu Pangeran mengatakan kepada wartawan bahwa dia berencana untuk memodernisasi sistem peradilan pidana Arab Saudi, hanya untuk memerintahkan eksekusi massal terbesar dalam sejarah negara itu."
Ali al-Ahmed dari Institute for Gulf Affairs percaya bahwa lebih dari tiga lusin dari mereka yang dieksekusi hari Sabtu juga adalah Syiah. Siaran pers Saudi sejauh ini tidak memberikan identifikasi dari kelompok mana mereka yang dihukum.