Jakarta, IDN Times - Hari Perempuan Internasional, yang jatuh pada 8 Maret, biasanya merupakan hari libur besar di Palestina. Orang-orang akan mengenakan pakaian terbaik mereka dan berbondong-bondong menuju hotel dan restoran untuk merayakannya bersama anggota keluarga perempuan mereka.
Kini, dengan hampir 2,3 juta penduduk Gaza yang telah kehilangan tempat tinggal dan berjuang untuk bertahan hidup, hari perempuan tak lebih dari sebuah lelucon yang kejam.
“Sekarang, hari-hari kami terlihat sama. Hari-hari penuh pesta, saat-saat bahagia, makanan enak, tawa dan harapan, semuanya hilang karena perang. Apa itu Hari Perempuan? Hak-hak dasar kami dirampas, kami kehilangan penghidupan. Setiap hari perempuan mati akibat bom Israel," tutur Um Zaki, yang tinggal di sebuah tenda di Rafah, kepada Reuters.
Dalam percakapan di telepon, ia mengatakan bahwa dirinya sedang memasak bubur di udara terbuka untuk memberi makan keenam anaknya yang lapar. Dia pun mulai bercerita tentang kehidupannya sebagai pengungsi, termasuk ketika ia menjemur pakaian dalamnya di luar tenda sehingga dapat dilihat oleh semua orang.
"Hari Perempuan! Tidak ada Hari Perempuan di Gaza. Di Gaza kita hampir mendekati Hari Kiamat karena Israel!" teriak seorang perempuan yang berada di dekatnya.