Presiden Kazakhstan, Qasym-Jomart Toqayev saat memantau lokasi kebakaran di Provinsi Kostanay. (instagram.com/tokayev_online)
Pengembalian nama ibu kota dilakukan seiring turunnya popularitas Nazarbayev sejak demonstrasi besar pada awal tahun ini. Sedangkan, protes awalnya didorong kenaikan harga BBM yang meluas menjadi dugaan kasus korupsi dan ketidakadilan selama dipimpin Nazarbayev.
Langkah ini disebut sebagai upaya menjauhkan citra Tokayev dengan pendahulunya yang mendapatkan penolakan dari masyarakat. Pasalnya, tak sedikit rakyat Kazakhstan mendapat tekanan ketika dipimpin rezim Nazarbayev selama 30 tahun.
Setelah peristiwa itu, Tokayev mencopot Nazarbayev dari perannya sebagai Dewan Keamanan. Bahkan, beberapa keluarga dan teman terdekat Nazarbayev dicopot dari jabatannya dan beberapa di antaranya didakwa kasus korupsi, dilaporkan RFE/RL.
Pada Juni ini, Tokayev juga menginisiasi referendum untuk menyingkirkan nama Nazarbayev dalam konstitusinya dan menyingkirkan statusnya sebagai 'elbasy' atau pemimpin negara.
Kendati demikian, banyak pihak yang mengritik bahwa inisiatif Tokayev ini hanyalah pencitraan dan tidak mengubah sistem autokratik di negara Asia Tengah itu. Seiring maraknya praktik korupsi dan nepotisme.