Sindrom Havana pertama kali ditemukan pada 2016 lalu, setelah puluhan diplomat AS dan Kanada di Kuba mengalami gejala sakit misterius. Adanya dugaan serangan tersebut membuat AS mengurangi hampir seluruh operasional kedubes AS di Kuba.
Di sisi lain, Kanada juga melakukan pengurangan jumlah diplomat di Havana pada tahun 2017. Bahkan kejadian ini menimbulkan masalah antara kedua negara dan hingga kini kedutaan besar AS di Kuba sudah ditutup, dilansir dari The Guardian.
Dilaporkan dari RT, sindrom tersebut disebut menimibulkan gejala frustasi, pusing, sakit kepala, tinitius, gangguan penglihatan dan pendengaran, hidung berdarah, vertigo serta hilangnya ingatan. Pihak AS dan Kanada berspekulasi bahwa Rusia sebagai pesaing Amerika Serikat terlibat dalam insiden ini.
Sebelumnya penerbangan Wapres Kamala Harris dari Singapura menuju ke Hanoi sempat ditunda lantaran adanya dua pejabat AS yang terserang Sindrom Havana di Vietnam. Kemudian sindrom yang diduga berasal dari Kuba itu menyerang sejumlah diplomat dan intelijen AS di China, Jerman, Austria dan bahkan di negaranya sendiri. Ilmuwan Kuba Tolak Adanya Sindrom Havana