Tingginya keinginan menjual ginjal juga disebabkan oleh inflasi di negara tersebut. Bahkan, inflasi tercatat sebagai yang tertinggi dalam dua tahun terakhir akibat naiknya harga pangan dan bahan bakar.
Dilaporkan Vice News, kenaikan inflasi di Kenya mayoritas diakibatkan oleh invasi Rusia ke Ukraina sejak Februari lalu. Peristiwa itu telah memblokir ekspor gandum ke luar negeri. Padahal, negara Eropa timur itu merupakan pemasok utama gandum ke kawasan Afrika timur.
Pada Mei lalu, Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, mengumumkan kenaikan upah minimum hingga 12 persen untuk membantu warga Kenya dalam menghadapi kenaikan harga. Sayangnya, kebijakan itu belum juga diimplementasikan sampai saat ini.
Di lain sisi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sudah menyerukan dukungan dari para pemimpin di Uni Afrika pada Senin. Hal ini untuk membantunya menghentikan perang yang berdampak pada kenaikan harga pangan.
"Perang ini memang terlihat sangat jauh dari Anda dan negara Anda. Namun, harga pangan naik drastis yang berdampak besar terhadap jutaan keluarga di Afrika," tutur Zelenskyy.