Presiden Sri Lanka, Goytabaya Rajapaksa (kiri) bersama Perdana Menteri India, Narendra Modi (kanan). (twitter.com/GotabayaR)
Menteri Jalan Raya Sri Lanka, Johnston Fernando, menyatakan bahwa presiden tak akan mundur walaupun didera berbagai aksi protes.
"Bolehkah saya mengingatkan Anda bahwa presiden ini dipilih oleh 6,9 juta rakyat," kata menteri tersebut di rapat parlemen.
"Sebagai pemerintah, kami dengan jelas mengatakan presiden tidak akan mengundurkan diri dalam keadaan apa pun. Kami akan menghadapi ini," tambahnya.
Saat ini, Sri Lanka dibawah pemerintahan Presiden Gotabaya Rajapaksa sedang mengalami krisis ekonomi terparah sejak kemerdekaan Sri Lanka. Negara itu mengalami kekurangan valuta asing sehingga kesulitan mengimpor barang-barang penting seperti makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
Pemerintahan Rajapaksa semakin goyah ketika koalisi yang dipimpinnya kehilangan mayoritas parlemen, akibat penarikan dukungan oleh 41 legislator yang berasal dari Partai Kebebasan Sri Lanka (SLFP).
“Partai kami berpihak pada rakyat,” kata Maithripala Sirisena, pemimpin SLFP.
Penarikan dukungan ini terjadi sehari setelah seluruh kabinet mengundurkan diri dan oposisi menolak membentuk koalisi dengan Rajapaksa. Menteri Keuangan baru Sri Lanka, Ali Sabry, bahkan langsung mengundurkan diri hanya 24 jam setelah dirinya dilantik.