Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kantor International Monetary Fund (IMF). (Facebook.com/imf)
Kantor International Monetary Fund (IMF). (Facebook.com/imf)

Jakarta, IDN Times - International Monetary Fund (IMF) pada Rabu (18/8/2021) menangguhkan akses keuangan Afghanistan, setelah negara itu dikuasai oleh militan Islam Taliban pada Minggu (15/8/2021). 

Atas dasar itulah, Afghanistan ditangguhkan aksesnya terhadap dana cadangan senilai 440 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp6,34 triliun.

1. Penangguhan akses keuangan karena krisis legitimasi

Ilustrasi Taliban (Twitter.com/surabhi_tiwari_)

Dilansir dari BBC, juru bicara IMF menyampaikan, penangguhan akses peminjaman Afghanistan dikarenakan kurangnya kejelasan masyarakat internasional atas pengakuan atau legitimasi rezim Taliban saat ini. 

Akses ke cadangan IMF dalam aset Hak Penarikan Khusus (SDR), yang dapat dikonversi ke uang atas dukungan pemerintah, juga telah ditangguhkan.

Untuk diketahui, SDR merupakan salah satu pelayanan pertukaran IMF berdasarkan sterling, dolar, euro, yen, dan yuan. Keputusan itu diambil setelah seorang pejabat Washington menyampaikan, bank sentral apa pun yang dimiliki pemerintah Afghanistan di Amerika Serikat tidak akan tersedia untuk Taliban.

2. AS juga telah memutuskan akses ke aset milik Afghanistansebesar Rp100,9 triliun

Ilustrasi uang dolar Amerika Serikat. (Pixabay.com/geralt)

Melalui surat kepada Menteri Keuangan AS Janet Yellen, anggota Kongres AS menyerukan jaminan bahwa Taliban tidak akan menerima bantuan yang didukung oleh negaranya.

Pernyataan yang ditandatangani oleh 17 pejabat itu menjelaskan bahwa potensi alokasi SDR untuk menyediakan hampir setengah miliar dolar AS, dalam likuiditas tanpa syarat, kepada rezim yang tercatat pernah mendukung terorisme adalah sesuatu yang sangat memprihatinkan. 

Sebelumnya, kepala Bank Sentral Afghanistan Ajmal Ahmady mengatakan, AS telah memutus akses ke aset negaranya sekitar 7 miliar dolar AS (setara Rp100,9 triliun), yang sebagian disimpan di Federal Reserve AS.

Ahmady yang terpaksa meninggalkan negaranya pada akhir pekan lalu menambahkan,  total cadangan Da Afghanistan Bank sekitar 9 miliar dolar Amerika Serikat (setara Rp129,7 triliun) pada pekan lalu. Namun, kata Ahmady, sebagian besar cadangan disimpan dalam aset yang aman dan likuid, seperti obligasi Treasury Amerika Serikat serta emas di luar negeri.

3. Presiden AS menilai gejolak di Afghanistan saat ini tidak dapat dihindari

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. (Instagram.com/potus)

Di sisi lain, menanggapi situasi terkini di Afghanistan, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa kemungkinan besar pasukannya akan tinggal melampui batas waktu penarikannya, yaitu 31 Agustus 2021. Sebab, masih ada sekitar 15 ribu warga AS yang belum dievakuasi di negara tersebut. 

Biden menilai gejolak di Afghanistan tidak dapat dihindari. Pada saat yang sama, Presiden ke-46 AS itu juga menyerukan peningkatan kapasitas udara, untuk mengevakuasi warga asing dan orang-orang Afghanistan yang bekerja untuk mereka. 

Sekitar 4.500 tentara AS berada di Bandara Internasional Karzai di Kabul, Afghansitan untuk mengawal proses evakuasi. 

Biden kembali menegaskan bahwa kejatuhan Afghanistan ke tangan Taliban merupakan kesalahan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani. Beberapa sumber intelijen mengungkap,  Biden telah memahami dengan baik risiko penarikan pasukannya, tetapi dia tegas dalam keputusannya untuk menarik keluar pada 2021 ini.

Mantan pejabat CIA, Paul Pillar, mengatakan pada akhirnya kelompok Taliban akan menang, tetapi kecepatan atau ketika sesuatu akan terjadi pada dasarnya tidak pernah diprediksi sebelumnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team