Moskow, IDN Times - Vladimir Muzychuk tampak menikmati suguhan makanan khas Indonesia di kediaman resmi Duta Besar Republik Indonesia (KBRI) di Moskow, Kamis (13/9/2018). Anak muda Rusia berusia 24 tahun itu mencicipi bakso.
"Saya paling suka makan nasi dengan ayam," kata dia kepada IDN Times.
Vladimir pernah tinggal di Surabaya selama satu tahun untuk belajar bahasa Indonesia. Tutur bahasanya sudah lumayan setelah tujuh tahun mendalami bahasa Indonesia.
Di Moskow, penggemar soto ini mengambil jurusan bahasa Indonesia juga. "Saya ingin bekerja di Jakarta. Tapi sulit sekali. Biaya visa kerja juga mahal. Harus bayar US$1200," keluhnya.
Di Surabaya Vladimir berbaur dengan teman kuliah dan warga setempat. Bahkan terbiasa mengenakan sarung. Dia memamerkan fotonya bersarung di depan sebuah masjid.
"Vladimir ini salah satu generasi muda di Rusia yang mulai mencintai Indonesia. Generasi yang lebih tua, menghabiskan lebih separuh hidupnya mempelajari budaya Indonesia. Bahkan lebih fasih tentang sastra kita," kata Dubes RI untuk Rusia, Muhammad Wahid Supriyadi.
Wahid mengundang warga Rusia yang selama ini mencintai Indonesia untuk bertemu dengan delegasi Kementerian Luar Negeri yang berada di Moskow untuk mengikuti pertemuan ke-2 dialog antar agama dan antar media antara Indonesia dan Rusia.
Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Cecep Herawan. Anggota delri adalah staf khusus Presiden untuk urusan agama di forum internasional Siti Ruhaini Dzuhayatin, staf khusus Wakil Presiden yang juga pakar agama Islam Azyumardi Azra, Kepala Hubungan Internasional Majelis Budha Indonesia Philip K. Widjaja, Sekretaris Jenderal Dewan Gereja Indonesia Pendeta Gomar Gultom dan penulis yang mewakili dalam sesi peran media dalam dialog antar agama (Interfaith).
"Tugas saya adalah membangun hubungan antara masyarakat di negara mitra seperti kalian dengan masyarakat Indonesia," kata Cecep. Menurutnya, kontak antar warga (people to people contact) menjadi bagian penting dalam menjembatani hubungan antar bangsa, termasuk dengan Rusia.
"Indonesia dan Rusia adalah dua negara besar. Keduanya anggota G20. Memiliki kesamaan dalam hal kemajemukan budaya, multi etnis, dan kebebasan menjalankan agama," tuturnya.
Meskipun memiliki kesamaan, keberadaan warga Rusia yang bersedia memahami budaya dan bahasa Indonesia belum cukup untuk mewujudkan pemahaman yang baik di antara satu sama lain. "Banyak orang di Indonesia yang masih menganggap Rusia itu komunis. Padahal Partai Komunis di sini hanya menguasai 11 persen suara di parlemen," kata Dubes Wahid.
Dirjen Cecep berharap dialog antar agama dan media diharapkan menjadi pilar penting kontak antar warga untuk membangun pemahaman satu sama lain.