Jakarta, IDN Times - Vanuatu kembali menyinggung soal dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Papua. Perdana Menteri Vanuatu, Bob Loughman, mendesak pemerintah Indonesia agar mengizinkan komisioner HAM PBB dapat berkunjung ke Papua demi meninjau dan melakukan investigasi independen soal dugaan pelanggaran HAM di sana.
"Hingga sekarang, hanya sedikit perkembangan terkait hal ini. Saya berharap isu ini ditanggapi dengan serius dan ditanggapi dengan tindakan yang sesuai," ungkap PM Loughman seperti dikutip pidatonya yang diunggah di akun YouTube PBB, Sabtu (25/9/2021).
Indonesia geram mendengar pernyataan tersebut. Menurut pemerintah Indonesia, pernyataan Loughman dianggap telah mengganggu kedaulatan dan integritas Indonesia.
"Vanuatu berupaya memberikan kesan kepada dunia, seolah-olah negara peduli terhadap isu-isu HAM. Pada kenyataannya, HAM versi mereka diputar-balikkan, dan sama sekali tidak menghiraukan tindak teror keji yang dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata," ujar Sekretaris Ketiga di Perwakilan Tetap RI di New York, Sindy Nur Fitri, yang dikutip dari akun YouTube PBB pada hari ini.
Dalam hak jawabnya, Sindy yang mewakili Indonesia mengatakan Vanuatu sengaja tutup mata terhadap tindakan KKB yang sudah membunuh perawat, tenaga kesehatan, guru, pekerja konstruksi, hingga aparat penegak hukum. Padahal, mereka mendedikasikan hidupnya untuk masyarakat Papua.
"Ketika ada sejumlah pekerja konstruksi, guru dibantai tanpa belas kasihan, mengapa Vanuatu memilih diam?" tanya Sindy.
"Ketika fasilitas umum yang dibangun untuk masyarakat Papua dihancurkan, mengapa Vanuatu, sekali lagi memilih diam?" lanjutnya.
Ini bukan kali pertama Indonesia memberikan hak jawab terhadap pernyataan Vanuatu yang menyentil kondisi di Papua. Bahkan, dalam hak jawab yang disampaikan pada 2020 lalu, Indonesia tegas menyebut Vanuatu bukanlah perwakilan rakyat Papua di PBB.
Mengapa Vanuatu bolak-balik menyinggung isu Papua di forum PBB?