New York, IDN Times – Kehidupan etnis Rohingnya semakin tidak pasti. Mereka yang mengungsi di Bangladesh rata-rata hidup dengan pendapatan kurang dari Rp3.500 per hari. Sementara, mereka yang masih bertahan di Rakhine, negara bagian Myanmar, menghadapi persekusi dari junta militer.
Situasi itulah yang mendasari Bangladesh, Indonesia, Kanada, Gambia, Malaysia, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) menginisiasi side event di sela-sela High Level Week bertemakan ”Have they Forgotten Us? Ensuring Continued Global Solidarity with the Rohingya of Myanmar”.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menyuarakan dua pandangannya, yaitu mendorong adanya solusi politik dan memastikan tersedianya bantuan kemanusiaan.
“Nasib masyarakat Rohingnya masih belum jelas. Situasi global dan kondisi domestik di Myanmar membuat isu ini semakin kompleks dan sulit. Komitmen politik yang kuat untuk menyelesaikan isu ini adalah keniscayaan,” kata Retno di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat (AS), Kamis (21/9/2023).