Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)
Inggris dan Kanada mempertanyakan kredibilitas pemilu yang direncanakan setelah pembubaran paksa partai politik. Junta Myanmar membubarkan Partai NLD dan 39 partai lainnya karena menolak mematuhi Undang-Undang Pendaftaran Partai Politik yang baru dan ketat.
Jika digabungkan, partai-partai tersebut telah meraih 89 persen kursi pada pemilu November 2020 lalu.
“Pemilu yang diadakan berdasarkan rezim militer, tanpa partisipasi berbagai pemangku kepentingan di Myanmar, tidak akan berkontribusi pada aspirasi demokrasi rakyat Myanmar,” kata juru bicara Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris kepada Al Jazeera.
“Jika tidak ada dialog yang bermakna dan inklusif, hal ini berisiko meningkatkan kerusuhan dan kekerasan serta merusak perdamaian dan stabilitas jangka panjang," tambah lembaga itu.
Sejak kudeta, militer telah membunuh lebih dari 4 ribu warga sipil dan menangkap hampir 25 ribu orang, menurut kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.
Baru-baru ini, empat anggota komite pemogokan lokal di Kotapraja Kalay masing-masing dijatuhi hukuman 10 tahun penjara. Para tahanan tersebut sudah menjalani hukuman dua tahun penjara karena tuduhan penghasutan.