Jakarta, IDN Times - Regulator obat-obatan Inggris Raya, Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA) pada hari Jumat (31/12/2021) menyetujui pil COVID-19 buatan Pfizer, Paxlovid untuk dijadikan sebagai salah satu obat perawatan terhadap virus corona. Paxlovid dapat digunakan di rumah untuk mencegah gejala yang lebih parah, sehingga dapat terhindar dari perawatan di rumah sakit.
Inggris Setujui Obat COVID-19 dari Pfizer

1. Obat Pfizer dapat mengurangi kemungkinan rawat inap hingga hampir 90 persen
Melansir dari The Guardian, obat buatan Pfizer ini digunakan kepada orang berusia 18 tahun ke atas yang berisiko untuk mengembangkan penyakit parah, seperti obesitas atau diabetes, atau berusia di atas 60 tahun. MHRA menyarankan agar Paxlovid bekerja efektif, maka digunakan saat infeksi masih dalm tahap awal, yaitu lima hari setelah gejala muncul.
Pfizer mengatakan bahwa obat mereka ini efektif hampir 90 persen untuk mencegah rawat inap dan kematian pada pasien berisiko tinggi. Data terbaru juga menunjukkan Paxlovid efektif melawan varian Omicron.
Hasil uji klinis kepada yang berisiko tinggi dengan COVID-19 menunjukkan pil mengurangi tingkat penyakit parah hingga 89 persen dibandingkan kelompok plasebo. Uji coba ini menunjukkan dari 389 pasien hanya tiga yang dirawat di rumah sakit atau meninggal setelah terinfeksi, meski telah diberi Paxlovid setelah tiga hari gejala muncul, untuk kelompok plasebo ada 27 dari 385 pasien.
Pil buatan Pfizer ini memiliki cara kerja yang mirip dengan obat HIV, yang bekerja melalui inhibitor protease, yang mencegah virus bereplikasi. Dalam penggunaan dua bagian Paxlovid, nirmatrelvir dan ritonavir, dipakai bersama, dua kali sehari selama lima hari.
Nirmatrelvir merupakan pelawan virus yang baru dikembangkan, sementara ritonavir yang dikembangkan lebih dulu digunakan untuk memperlambat pemecahan nirmatrelvir di dalam hati agar kemanjuran meningkat. Namun, ritonavir dapat memicu gangguan pada fungsi obat lain melalui hati, yang berarti pasien harus menghentikan sementara pengobatan lain yang sedang dijalani.
2. Memesan 2,75 juta paket perawatan Pfizer
Melansir dari The Independent, June Raine, yang merupakan pimpinaan MHRA, mengatakan dia berharap obat ini memberikan kepastian bagi mereka yang sangat rentan terhadap COVID-19, yang pengobatannya telah disetujui. Dia mengatakan kehadiran obat ini bisa membantu menyelamatkan nyawa.
Profesor Sir Munir Pirmohamed, Ketua Komisi Pengobatan Manusia, mengatakan kelompoknya telah meninjau data secara independen dan mendukung persetujuan MHRA atas Paxlovid. Pirmohamed mengatakan akan bekerja memantau setiap efektivitas dan keamanan obat, termasuk interaksi terhadap obat apapun.
Menteri Kesehatan Sajid Javid mengatakan Inggris Raya telah menjadi yang terdepan dalam menemukan dan meluncurkan perawatan COVID-19, dengan memberitahu bahwa MHRA salah satu regulator obat pertama di dunia yang menyetujui obat melawan virus corona.
Javid juga memberitahu bahwa pemerintah telah memesan 2,75 juta paket perawatan Paxlovid, dia mengatakan jumlah itu adalah yang terbanyak dipesan negara Eropa dalam jumlah untuk per orang.
Javid mengatakan dengan adanya booster, pengujian, dan obat melawan virus akan memastikan Inggris Raya berada dalam posisi sekuat mungkin dalam menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh Omicron, ketika memasuki 2022.
Kasus COVID-19 di Inggris Raya terus melonjak dengan rekor terbaru dengan didominasi oleh varian Omicron yang lebih menular. Jumlah kasus pada hari Kamis yang dikonfirmasi telah mencatatkan rekor tertinggi sebanyak 189.213 kasus baru.
3. Dua perawatan COVID-19 lainnya yang telah disetujui
Melansir dari BBC, Inggris Raya sebelumnya juga telah menyetujui Molnupiravir obat COVID-19 buatan Merck Sharp & Dohme dan pada awal bulan Desember telah menambah pembelian yang total menjadi 2,3 juta paket perawatan.
Obat buatan Merck ini telah ditawarkan kepada orang dewasa yang paling rentan, termasuk pasien kanker dan penerima transplantasi. Saat ini obat sedang diuji pada kelompok yang lebih luas kepada 10 ribu orang berusia di atas 50 tahun, yang dilakukan oleh Universitas Oxford yang sekarang kemungkinan akan diperluas dan mencakup Paxlovid.
Hasil uji coba obat Merck dilaporkan hanya sekitar 30 persen efektif dalam mencegah rawat inap. Selain kemanjurannya yang rendah obat itu itu dikhawatirkan dapat memicu potensi untuk menghasilkan varian baru.
Otoritas kesehatan Prancis dilaporkan telah membatalkan seluruh pesanan pil Merck setelah kecewa dengan hasil uji klinis.
Perawatan yang juga telah disetujui Inggris Raya untuk melawan COVID-19 adalah pengobatan baru sotrovimab, yang dikembangkan oleh GlaxoSmithKline dan Vir Biotechnology. Perawatan ini ditawarkan sebagai infus di klinik dan untuk pasien rawat inap di rumah sakit.
MHRA mengigatkan obat COVID-19 bukan diberikan sebagai penganti vaksinasi.