Ilustrasi orang dengan albino. (Unsplash.com/kelisa Bernard)
Beberapa negara Afrika sub-Sahara, termasuk Madagaskar, telah mengalami gelombang serangan terhadap orang-orang albino. Mereka menjadi sasaran kekerasan karena bagian tubuhnya diyakini dapat membawa keberuntungan dan kekayaan.
Under The Same Sun, sebuah badan amal yang berbasis di Kanada yang bekerja untuk memerangi diskriminasi, telah mencatat kasus-kasus kekerasan serupa di seluruh Afrika. Serangan semacam itu sering terjadi di Burundi, Republik Demokratik Kongo, Malawi, Mozambik, dan Tanzania.
Laporan dari Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dirilis pada Maret 2022 menunjukkan, dalam 2 tahun terakhir ada lebih dari selusin penculikan, penyerangan, dan pembunuhan terhadap orang-orang dengan albino di Madagaskar.
Orang-orang di Madagaskar sering melakukan tindakan untuk mengadili orang yang melakukan kejahatan, tanpa aturan hukum resmi. Survei dari Afrobarometer pada 2019 menyampaikan bahwa sekitar 40 persen orang di Madagaskar menyetujui peradilan massa.
Pada Februari 2017, sekitar 800 orang menerobos masuk ke penjara Ikongo untuk mencari tersangka pembunuhan untuk mereka bunuh. Dalam pembobolan penjara itu, massa berhasil mengalahkan penjaga dan 120 tahanan keluar dari penjara.
Pada 2013, kerumunan massa melakukan aksi menghukum pelaku kejahatan dengan dibakar. Pelaku adalah seorang Prancis, satu orang Prancis-Italia, dan satu lagi pria lokal. Mereka diketahui telah membunuh seorang anak.