Salah satu pemandangan di Tepi Barat, Palestina (Twitter.com/Omar Shakir)
Manuver politik dari Naftali Bennett mungkin memang mengancam posisi Benjamin Netanyahu. Akan tetapi dari beberapa pengamat, mereka menilai bahwa koalisi tersebut adalah koalisi yang rapuh dan mudah pecah.
Melansir dari laman The Guardian, Lapid yang mengklaim sebagai pemimpin partai sentris, harus bisa melakukan kesepakatan dengan banyak partai kecil lain, seperti partai buruh yang beraliran kiri dan partai Arab Islam yang memiliki kursi di Knesset. Itu harus dilakukan untuk mengumpulkan kekuatan sebanyak 61 dari 120 kursi di Knesset.
Namun, perbedaan ideologis koalisi itu terlalu besar untuk menjadi anggota aliansi penuh, yang berarti Lapid mungkin akan membentuk pemerintahan yang minoritas. Dengan perbedaan politik yang begitu signifikan, koalisi anti-Netanyahu bisa jadi akan pecah.
Koalisi anti-Netanyahu yang dipimpin oleh Lapid tersebut memiliki kesempatan sampai hari Rabu (2/6) untuk mengumumkan pemerintahan persatuan.
Di sisi lain di Palestina, pengumuman Bennett untuk bergabung dengan koalisi anti-Netanyahu dianggap tidak akan berpengaruh signifikan. Melansir dari laman Al Jazeera, pejabat dari Palestine Liberation Organization (PLO) mengatakan bahwa Bennett adalah ekstrim kanan yang tak jauh beda dengan Netanyahu.
Bennett adalah seorang jutawan perangkat lunak. Ia terjun ke politik pada tahun 2006 dan menjadi kepala staf Benjamin Netanyahu. Selama bertahun-tahun, ia bersekutu dengan Benjamin Netanyahu. Ia juga telah beberapa kali mendapatkan jabatan strategis seperti Menteri Pertahanan dan Menteri Pendidikan.
Sebagai seorang tokoh politik sayap kanan, pandangannya terhadap kebijakan untuk Palestina mirip dengan tokoh sayap kanan lainnya. Dalam salah satu pernyataannya, Bennett pernah mengatakan "saya akan melakukan segala daya saya untuk memastikan mereka (Palestina) tidak pernah mendapatkan negara."