Ingin Jegal Netanyahu, Sayap Kanan Israel Bentuk Koalisi

Tel Aviv, IDN Times - Kisruh politik di Israel kembali mengemuka usai masalah dengan kelompok Hamas di Palestina mereda. Kini, kisruh tersebut muncul dari dalam negeri, khususnya berkaitan dengan nasib PM Benjamin Netanyahu di masa depan kekuasaannya.
Ketua partai sayap kanan New Right yang bernama Naftali Bennett sepakat bersatu dengan kelompok partai-partai sayap kanan, sentris dan kiri dalam koalisi anti-Netanyahu. Dalam pidatonya, ketua salah satu partai kelompok kanan itu memiliki kemungkinan untuk mengumpulkan barisan oposisi dan menjegal kekuasaan Netanyahu.
Jika memang koalisi anti-Netanyahu itu berhasil dan PM terlama Israel itu tersingkir dari jabatannya, bagaimana dengan nasib Palestina? Akankah ada perubahan?
1. Bersatu untuk menjegal PM Netanyahu
Israel telah mengadakan pemilu sebanyak empat kali sejak tahun 2019 karena tidak ada suara mayoritas di parlemen yang bernama Knesset, yang terdiri dari 120 kursi. Partai Likud yang mengusung PM Netanyahu juga tidak mampu mendominasi parlemen. Partai tersebut hanya mendapatkan 30 kursi.
Dibutuhkan koalisi antar partai saat ini untuk bisa mendapatkan suara mayoritas sehingga dapat memilih Perdana Menteri yang baru.
Pada hari Minggu (30/5), salah satu pemimpin partai sayap kanan New Right yang bernama Naftali Bennett membuat pengumuman mengejutkan dalam pidato yang disiarkan televisi.
Menurut kantor berita Reuters, Bennett mengatakan "saya mengumumkan hari ini bahwa saya bermaksud bekerja dengan sekuat tenaga untuk membangun pemerintahan persatuan dengan ketua (partai) Yesh Atid, (bernama) Yair Lapid."
Pengumuman Bennett tersebut mengejutkan karena sejauh ini kelompok sayap kanan adalah pendukung kuat Netanyahu. Namun tiba-tiba ia mengumumkan bergabung dengan kelompok anti-Netanyahu.
Pengumuman Bennett memberikan kemungkinan partai-partai oposisi anti-Netanyahu bersatu untuk menjegal kekuasaan Benjamin Netanyahu. Kelompok oposisi dapat membentuk pemerintahan persatuan dan membuat Netanyahu meninggalkan jabatannya.
Bocoran yang diterima dari kesepakatan Bennett dan Lapid adalah, Bennet akan menjadi Perdana Menteri untuk dua tahun dan kemudian Lapid akan menjabat dua tahun selanjutnya. Tapi jika koalisi anti-Netanyahu ini tidak berhasil bersepakat, maka ada kemungkinan Israel akan mengadakan pemilu kembali, yang itu berarti pemilu kelima.