Johnson juga diduga melakukan korupsi, karena menggunakan uang yang didonasikan kepada Partai Konservatif untuk merenovasi rumah. Jumlah dana itu cukup banyak, sekitar 200 ribu poundsterling atau sekitar Rp3,5 miliar.
Kasus lain yang mengahantam Johnson, sehingga menjadi pemicu pengunduran dirinya, adalah kasus Chris Pincher.
Pincher adalah anggota parlemen Inggris yang mendapatkan pembelaan dari Johnson. Pincher dituduh telah melakukan pelanggaran seksual dengan meraba-raba dua tamunya.
Akibat pembelaan itu, menurut BBC, terjadi pengunduran diri massal di kabinet Johnson, termasuk Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan.
Awalnya, anggota parlemen Inggris telah mendesaknya untuk mundur dari jabatan, termasuk desakan dari beberapa tokoh Partai Konservatif yang dulu mendukungnya. Tapi Johnson menolak.
Tekanan yang semakin kuat akhirnya membuat mantan Wali Kota London dua periode itu memutuskan untuk mengundurkan diri.
Dikutip dari Reuters, pidato pengunduran diri Johnson dinilai oleh beberapa tokoh politik sebagai pidato aneh. Johson juga sama sekali tidak mengucapkan permintaan maaf dalam pidato tersebut.
"Itu adalah pidato pengunduran diri yang pendek dan aneh yang tidak menyebutkan kata mengundurkan diri atau pengunduran diri sekali pun. Tidak ada permintaan maaf, tidak ada penyesalan," kata Andrew Bridgen, seorang anggota parlemen Konservatif.