Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Situasi saat para demonstran menggelar aksi anti-lockdown di Jerman. (Twitter.com/RealBugSmasher)

Berlin, IDN Times - Khawatir akan adanya gerakan anti-lockdown oleh sekelompok demonstran, Badan Intelijen Jerman akan mengawasi beberapa bagian dari gerakan tersebut. Mayoritas demonstran yang menentang adanya lockdown ini tidak dipandang sebagai ekstremis. Bagaimana awal ceritanya?

1. Mereka secara khusus berfokus pada beberapa anggota gerakan 'Querdenker'

Situasi saat para demonstran menggelar aksi anti-lockdown di Jerman. (Twitter.com/vtofighi)

Dilansir dari BBC, Badan Intelijen Jerman, BfV, mengatakan beberapa bagian dari gerakan anti-lockdown sedang diawasi di tengah kekhawatiran mereka kemungkinan mencoba mendelegitimasi negara. Mereka secara khusus berfokus pada beberapa anggota gerakan "Querdenker" atau dengan istilah pemikir lateral serta mengatakan bahwa mereka tidak cocok dengan kategori ekstremis lainnya. Pihak BfV menyoroti hubungan dengan kelompok sayap kanan dan ekstremis lainnya serta protes yang sah sedang dieksploitasi untuk memprovokasi ekskalasi.

Meskipun mayoritas demonstran tidak dipandang sebagai ekstremis, demonstran anti-lockdown "Querdenker" telah menarik dukungan dari berbagai kelompok, termasuk partai sayap kanan, AfD, yang dikenal anti-vaxxers dan teori konspirasi. Seperti yang diketahui, anti-vaxxers merupakan seseorang yang dikenal tidak percaya dengan vaksinasi. Mereka juga mengatakan bahwa agenda penyelenggara protes besar-besaran telah melampaui keberatan terhadap tindakan anti-Covid serta terhubung dengan Reichsburger (warga Reich) dan Selbstverwalter (warga negara berdaulat) yang menolak otoritas pemerintah Jerman serta menyebarkan hinaan anti-Semit.

2. Kementerian Dalam Negeri Jerman telah menciptakan kategori baru delegitimasi negara

Editorial Team

Tonton lebih seru di