Al-Sadr merupakan pemimpin Syiah yang sangat berpengaruh di Irak. Ia memimpin dua pemberontakan melawan pasukan Amerika Serikat dan Iran.
Pada 2004 silam, AS pernah mengeluarkan surat perintah penangkapan al-Sadr. Namun, hingga saat sebelum pengumuman pengunduran dirinya, al-Sadr masih berada di Irak.
Kebuntuan politik sejak pemilihan legislatif pada Oktober 2021 membuat Irak berjalan tanpa pemerintahan baru, baik tanpa perdana menteri ataupun presiden. Hal itu karena ada ketidaksepakatan antara faksi-faksi mengenai pembentukan koalisi.
Sebelumnya, Sadr dan para pendukungnya telah menyerukan pembubaran parlemen dan membentuk pemilihan umum terbaru. Namun, dia mengatakan bahwa tindakan itu tidak terlalu penting.
Sebaliknya, ia menegaskan bahwa semua partai dan tokoh yang telah menjadi bagian dari proses politik, tidak perlu berpartisipasi kembali. Pernyataan itu merujuk kepada semua pihak yang pernah atau berkuasa sejak invasi Amerika Serikat ke Irak pada 2003.