Ilustrasi kapal kargo. (Pexels.com/Tom Fisk)
Rusia diperkirakan mengerahkan sekitar 125 batalion pasukan untuk menyerang Ukraina. Itu sekitar 75 persen dari total pasukan yang dimiliki oleh Rusia. Tapi, 29 batalion dari jumlah itu diperkirakan telah hancur karena perlawanan pasukan Ukraina.
Pakar urusan maritim yang berbasis di Istanbul, Yorus Isik, menyebut saat ini Rusia sangat membutuhkan rudal dalam menjalani perangnya di Ukraina.
Dikutip dari The Guardian, Isik mengatakan, "yang dibutuhkan Rusia di Ukraina saat ini adalah rudal. Ini membutuhkan keterampilan untuk diangkut karena (sifatnya yang) rapuh dan mudah meledak, tetapi jika Anda berkomitmen untuk melakukannya, itu jadi mungkin."
Dia juga menjelaskan, secara teknis pengiriman senjata itu dapat dilakukan. Menurutnya, aktivitas pengiriman dengan kontainer biasa dapat dilakukan dan tidak akan dicurigai, meski ditangkap oleh citra satelit.
Pengiriman senjata itu melintasi Laut Kaspia dari pelabuhan Bandar Anzali Iran ke Astrakhan, sebuah kota Rusia di delta Volga.
Mohaned Hage Ali, seorang rekan di organisasi pengamat keamanan Carnegie Middle East Center, mengatakan bahwa sistem peluncur roket yang dikirim bisa mengubah dinamika perang secara drastis.
"Persenjataan canggih semacam itu (sistem peluncur roket) akan membuat perbedaan besar di lapangan di Ukraina. Hashd al-Shaabi mengontrol sebagian besar wilayah perbatasan dengan Iran, yang akan membuat transaksi ini lebih mudah," kata Ali.
Dia juga memberikan penjelasan lebih lanjut tentang implikasi perang Ukraina di Suriah. Menurut analisisnnya, jika rezim Moskow tidak stabil, maka Damaskus yang bergantung dukungan udara Rusia akan goyah, sedangkan Iran juga diketahui telah membantu rezim Damaskus dalam mengirim ancaman ke Israel dari Suriah.