Ilustrasi fasilitas nuklir (Pexels.com/Markus Distelrath)
Dalam beberapa tahun terakhir, insiden yang diduga menargetkan program nuklir Iran oleh Israel telah meningkatkan ketegangan regional. Pada bulan April tahun 2021, fasilitas nuklir Natanz Iran mengalami pemadaman listrik yang misterius dan merusak beberapa peralatan setrifugal pengayaan uranium.
Kebakaran yang tidak dapat dijelaskan juga melanda pabrik perakitan sentrifugal Natanz pada tahun 2020 yang digambarkan oleh Iran sebagai sabotase. Saat ini, Iran telah membangun kembali fasilitas tersebut tetapi jauh di dalam gunung terdekat.
Klaim Iran tentang upaya sabotase Israel di fasilitas nuklirnya terjadi di tengah pembicaraan kesepakatan nuklir 2015 yang telah berlangsung beberapa bulan di Wina. Dilansir Al Jazeera, upaya memulihkan kesepakatan telah berlangsung selama 11 bulan.
Kesepakatan nuklir atau JCPOA (The Joint Comprehensive Plan of Action) telah ditinggalkan sepihak oleh Amerika Serikat dan membuat Iran mendapatkan sanksi yang semakin keras. Iran kemudian meningkatkan aktifitas nuklirnya, yang menimbulkan kekhawatiran bagi banyak negara.
Pembicaraan untuk memulihkan kesepakatan nuklir saat ini, berusaha untuk mengendalikan pengembangan nuklir Iran dan jika sepakat, maka sanksi ekonomi untuk Iran akan diringankan.
Iran sendiri selalu membantah aktivitas nuklirnya bertujuan untuk membuat senjata. Iran menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan adalah menggunakan nuklir sebagai sumber energi yang bermanfaat untuk masyarakatnya.