Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Israel (pixabay.com/edu_castro27)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Israel, Yair Lapid, mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) tidak akan mencapai kesepakatan dengan Iran tanpa ancaman militer yang serius. Pada Minggu (28/8/2022), Lapid tampaknya kecewa dengan progres negosiasi nuklir antara Iran-AS. 

Menurut Lapid, presentasi AS tentang bom penghancur bungker yang mampu menyerang fasilitas nuklir bawah tanah Iran merupakan salah satu faktor yang membuat Teheran menandatangani perjanjian nuklir asli pada 2015. Lapid berpendapat keadaan tersebut juga harus dicantumkan dalam negosiasi terakhir antara kedua negara. 

1. Israel harap AS tegas terhadap Iran

Joe Biden saat berpidato di Iowa (twitter.com/POTUS)

Lapid berharap pengawasan aktivitas nuklir Iran akan lebih ketat. Begitu pula dengan pengawasan terhadap pengembangan rudal balistik dan keterlibatannya dalam jaringan teror di Timur Tengah.

"(Kekuatan dunia) harus membuat Iran menandatangani perjanjian yang jauh lebih baik, (yaitu) apa yang oleh AS disebut (sebagai perjanjian yang) lebih lama dan lebih kuat," kata Lapid, dilansir The Jerussalem Post.

“Kesepakatan seperti itu hanya dapat dicapai dengan ancaman militer yang nyata, sehingga Iran melihat mereka harus membayar harga yang mahal untuk ketegaran mereka," tambah dia. 

Komentar Lapid dalam konferensi pers itu muncul setelah Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan pekan lalu.

Gantz mengatakan bahwa AS perlu menempatkan opsi militer yang layak di atas meja, bahkan setelah kesepakatan nuklir tercapai. Dia juga menyebut ancaman seperti itu akan mencegah Iran melanggar perjanjian.

2. Lapid ingin berdiskusi dengan Biden terkait Iran

Editorial Team

Tonton lebih seru di