Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Asap dan api membubung tinggi di atas sebuah gedung saat serangan udara Israel, di tengah gejolak perseteruan antara Israel-Palestina, di Kota Gaza, Senin (17/5/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Mohammed Salem.

Jakarta, IDN Times - Senator Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham mengumumkan bahwa Israel, yang saat ini terdata sebagai penerima bantuan terbesar dari AS, akan mengajukan permohonan bantuan tambahan senilai 1 miliar dolar AS (Rp14,2 triliun).

Uang itu ditujukan mengisi kembali sistem pertahanan Iron Dome, yang menangkis serangan roket Hamas dari Jalur Gaza, Palestina selama 11 hari peperangan. Sejauh ini, setiap tahunnya Israel telah menerima bantuan luar negeri dari Gedung Putih senilai senilai 3,8 miliar dolar AS (Rp54,1 triliun).

"Setiap kali seseorang mencoba untuk menghancurkan Israel, kami merespons dengan memberi lebih banyak bantuan,” kata Grahaman, dikutip dari Middle East Eye, Kamis (3/6/2021).

1. Graham menyerukan untuk menambah bantuan Israel

Senator Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (Twitter/@IsraeiPM)

Graham merpakan politikus Partai Republik dan pendukung setia mantan presiden Donald Trump. Dia menyerukan kongres agar memberi bantuan lebih banyak kepada Israel.

Pada Selasa (1/6/2021), Graham juga berjanji akan memimpin upaya untuk mengamankan bantuan tambahan di Kongres, setelah Pentagon menerima permintaan tersebut secara resmi beberapa hari mendatang.

Seruan untuk meminta bantuan lebih datang pada hari yang sama, ketika Israel melaporkan bahwa negara itu mencatatkan ekspor militer tertinggi pada 2020 dengan nilai 8,3 miliar dollar AS (Rp118,3 triliun).

2. Graham yakin Amerika akan selalu mendukung Israel

Benjamin Netanyahu dan Joe Biden (Twitter.com/netanyahu/ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis)

Pada Minggu (31/5/2021), Graham mengadakan pertemuan dengan Netanyahu. Dia menyampaikan, sekalipun dalam beberapa hari mendatang pemerintahan di Israel akan berganti, namun hubungan antara kedua negara tidak akan berubah.  

"Satu hal (yang) tidak akan berubah adalah hubungan antara Israel dan Amerika Serikat. Tidak ada teman yang lebih baik bagi Amerika Serikat selain Israel, dan Bibi (panggilan Netanyahu) telah menjadi salah satu pemimpin terkuat di dunia selama 15 tahun terakhir," papar Graham.

Saat ini, karir politik Netanyahu berada di ujung tanduk, sebab koalisi oposisi yang dipimpin oleh Yair Lapid berhasil membentuk pemerintahan sesuai yang ditugaskan oleh Presiden Israel Reuven Rivlin. Jika Knesset (parlemen Israel) menyetujui proposal yang diajukan Lapid, Netanyahu harus menanggalkan jabatannya sebagai perdana menteri.

3. Desakan untuk mensetop bantuan kepada Israel

Suasana di Palestina usai konflik antara Israel-Palestina berlangsung. (Twitter.com/HAMID_ARA)

Kelompok progresif di Kongres telah mendorong untuk menghentikan bantuan kepada Israel. Jajak pendapat baru-baru ini yang dirilis oleh Arab American Institute menunjukkan, kebanyakan orang Amerika menentang bantuan tak terbatas kepada pemerintah Israel.

Permintaan bantuan tambahan Israel kemungkinan akan memicu oposisi dari Demokrat sayap kiri, sekaligus menjadi ajang uji kekuatan pendukung Israel di Washington, di tengah meningkatnya kritik terhadap kebijakan Israel atas Palestina.

Gedung Putih mengklaim memiliki andil penting dalam mendorong gencatan senjata antara Israel-Hamas. Salah satu tawaran yang diajukan AS adalah mengisi ulang daya Iron Dome. Pada level multilateralisme, AS juga selalu menggunakan hak veto untuk mencegah Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi yang merugikan Israel.

"Saya ingin berterima kasih kepada pemerintahan Biden karena mendukung Israel," kata Graham.

Editorial Team