Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)
Presiden Brasil saat ini, Jair Bolsonaro, adalah salah satu politisi Brasil yang tidak terlalu sepakat dengan sistem pemilu elektronik. Meski begitu, Bolsonaro, sebenarnya telah terpilih untuk berbagai jabatan publik setidaknya enam kali dengan pemilu elektronik.
Sejak dua bulan terakhir, Presiden Bolsonaro menyerang sistem pemilu negaranya dan mengatakan bahwa sistem tersebut memiliki potensi kecurangan. Ia bahkan melontarkan gagasan ancaman akan membatalkan pemilu jika sistem pemilihan tidak diganti ke kertas suara.
Melansir laman Associated Press, "saya tidak keberatan menyerahkan pemerintah tahun depan, kepada siapa pun, tetapi dengan suara yang jujur, bukan dengan penipuan. Mereka bilang saya tidak punya bukti penipuan. Anda juga tidak punya bukti bahwa tidak ada penipuan!” kata Bolsonaro pada 1 Juli 2021.
Sejak memasuki tahun 2021, popularitas Presiden Bolsonaro terus mengalami penurunan tajam. Hal ini terkait dengan penanganan wabah virus corona yang dianggap buruk dan seputar dugaan skandal korupsi vaksin yang ada di pemerintahannya.
Kemungkinan besar, pemilu tahun 2022 mendatang Bolsonaro tidak akan bisa menang melawan penantangnya. Dia kemudian mengajukan sebuah Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk menggunakan kertas suara guna menggantikan sistem pemilu elektronik yang telah berjalan sejak tahun 1996.
Bolsonaro bahkan mengancam, jika sistem pemilu elektronik tetap dilakukan pada 2022 harus dijalankan secara bersih tanpa penipuan dan jika tidak, dia akan membatalkan pemilu tersebut.
Menurut Robert Kaufman, seorang profesor ilmu politik di Universitas Rutgers, yang telah lama melakukan penelitian pada demokrasi dan kediktatoran di Amerika Latin, ia menjelaskan bahwa “strateginya (Bolsonaro) tampaknya adalah jika dia dapat mengaburkan hasil pemilu dengan mengklaim bahwa itu curang atau dicurangi, maka dia memiliki peluang yang lebih baik untuk membatalkan hasilnya.”
Laman France24 menyebut Jair Bolsonaro seperti Donald Trump, mantan Presiden AS yang menyerang sistem pemilu sebelum pemilihan dilakukan.
Oliver Stuaenkel dari Getulio Vargas Foundation, sebuah think tank Brasil mengatakan "komentar Bolsonaro pada pemilu adalah bagian dari strategi untuk mengikis kepercayaan pada sistem pemilu dan untuk memfasilitasi kemungkinan tantangan hasil jika dia tidak menang," jelasnya.