Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Anak-anak asal Benua Afrika (nrc.no)
Anak-anak asal Benua Afrika (nrc.no)

Jakarta, IDN Times - Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) telah memperingatkan bahwa dunia telah memberikan perhatian yang kecil terhadap berbagai krisis di Afrika. Hal tersebut disampaikan melalui sebuah rilis pada Rabu (1/6/2022). 

NRC menilai semua mata tertuju kepada situasi di Ukraina walau lembaga tersebut tak menyalahkan situasi tersebut. Namun, terdapat kekhawatiran bahwa situasi krisis di Afrika dapat menjadi lebih buruk ke depan. 

1. Terdapat 10 negara yang dianggap paling terlupakan

Situasi di negara-negara Afrika dianggap rentan untuk memburuk. “Dengan perang yang menyedot semua di Ukraina Eropa, saya khawatir penderitaan Afrika akan didorong lebih jauh ke dalam bayang-bayang,” kata kepala lembaga tersebut, Jan Egeland, dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan Rabu (1/6/2022), dilansir Al Jazeera

Jika diurutkan, negara-negara dengan krisis yang paling diabaikan menurut NRC adalah Republik Demokratik Kongo (DRC), Burkina Faso, Kamerun, Sudan Selatan, Chad, Mali, Sudan, Nigeria, Burundi dan Ethiopia.

Ini adalah pertama kalinya  terdapat10 krisis dalam daftar tahunan NRC. Beberapa perhatian NRC dalam melakukan penilaian suatu negara mengacu berdasarkan kurangnya political will, liputan media, dan jumlah bantuan yang dijanjikan.

2. Setidaknya terdapat 400 ribu orang harus mengungsi dari 10 negara tersebut

Dari 10 negara tersebut, NRC menyebutkan setidaknya terdapat 10 krisis yang terjadi. Berbagai krisis itu menyebabkan sekitar 400 ribu orang di sana harus mengungsi di daerah lain. 

Kesepuluh negara tersebut kurang lebih memiliki situasi yang sama, yaitu kurang kuatnya kemauan untuk menyelesaikan konflik, kurangnya perhatian media, dan bantuan internasional yang diberikan. Hal tersebut lah yang membuat krisis di sepuluh negara ini susah untuk diselesaikan. 

Dalam laman resmi NRC, lembaga tersebut juga sebenarnya menyoroti situasi krisis yang terjadi di China dan Korea Utara. Namun, sulitnya informasi yang didapat membuat lembaga tersebut tak melakukan publikasi analisis terkait kedua negara tersebut. 

3. Negara-negara maju dianggap tak adil dalam memberikan bantuan

Negara-negara maju dianggap terlalu fokus untuk mengerahkan sumber dayanya untuk membantu para pengungsi Ukraina. Sementara itu, negara-negara tersebut juga menjadikan situasi di Ukraina sebagai dalih untuk memotong bantuan mereka kepada negara-negara yang lebih membutuhkan. 

Dilansir Euronews, Uni Eropa, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hingga lembaga internasional sangat cepat dalam memberikan keputusan terkait bantuan di Ukraina. Sementara itu, krisis pangan di Afrika semakin meningkat di samping masyarakat di sana yang rata-rata berpendapan rendah.

Beberapa negara dikabarkan telah memotong bantuan di Afrika untuk menangani krisis di Ukraina walau situasi di Benua Hitam itu stagna atau bahkan memburuk. Respon internasional terhadap Ukraina dinilai menjadi standar baru untuk menyatakan solidaritas kepada negara lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team