Menanggapi keputusan ini, Koalisi Nasional yang merupakan salah satu dari dua koalisi terbesar di Nikaragua mengatakan bahwa Presiden Daniel Ortega ingin menerapkan sandiwara dalam pilpres November mendatang. Pemblokiran PRD ini juga disebut sebagai upaya penolakan proses elektoral sesuai kaidah demokrasi dan melanjutkan jalan institusi korup.
Di sisi lain, koalisi lain bernama Aliansi Kebebasan Rakyat juga turut menolak dan mengecam pembatalan secara paksa status hukum PRD. Menurut aliansi tersebut mengatakan bahwa, "Pencabutan status hukum partai politik beberapa hari sebeum pemilihan umum pada 7 November mendatang tentu merusak hak konstitusi warga Nikaragua untuk memilih dan dipilih. Serta menggarisbawahi kurangnya keamanan hukum terkait proses elektoral lebih dari satu dekade lalu."
Aliansi yang menjadi representatif asosiasi pekerja dan pimpinan pelajar tersebut menginginkan rakyat Nikaragua dapat secara bebas dan damai memilih pemimpinnya sesuai prinsip bebas, adil, transparan, kompetitif dan diawasi. Serta ini disebut menjadi satu-satunya jalan untuk mencegah kembali terjadinya krisis nasional akibat tekanan dan pembatasan sejak April 2018, dikutip dari El Universo.