Jakarta, IDN Times - Presiden Donald J. Trump akan menghadapi proses penggalangan dana yang berat untuk memenangkan pilpres Amerika Serikat pada November mendatang. Sebab, capres petahana itu dilaporkan kekurangan dana untuk bisa mempromosikan dirinya agar terpilih kembali.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 12 September 2020, indikasi munculnya kurang dana kampanye terlihat dari kebijakan manajer kampanye Trump yang tak jadi memasang iklan televisi di beberapa negara bagian yang dianggap penting. Padahal, ketika raja properti itu mulai kampanye, ia memiliki dana 10 kali lebih banyak dibandingkan rivalnya capres dari Partai Demokrat, Joe Biden. Sayangnya, kampanye Trump menghabiskan dana lebih cepat dibandingkan Biden.
Berdasarkan data, pada Juli 2020 lalu, Trump memiliki dana kampanye lebih besar yakni US$121 juta atau setara Rp1,8 triliun (US$1 = Rp15.003). Sedangkan Biden memiliki dana kampanye lebih kecil yakni US$99 juta atau setara Rp1,4 triliun.
Tetapi, situasinya kini terbalik. Usai dilakukan penggalangan dana oleh masing-masing partai, Biden justru unggul di bulan Agustus. Ia berhasil mengumpulkan dana US$365 juta atau setara Rp5,4 triliun. Sedangkan, Trump hanya mengumpulkan dana kampanye US$210 juta atau setara Rp3,1 triliun.
"Kami terheran-heran, dana yang kami punya dan lebih banyak di bulan Februari, telah menguap begitu cepat," ungkap anggota Partai Republik yang ikut dalam proses penggalangan dana, Dan Eberhart.
Ia merupakan seorang petinggi di industri migas dan ikut menyumbang US$100 ribu atau setara Rp1,5 miliar ke program Dana Kemenangan Trump pada Juni lalu.
Pada pekan ini, Trump mengatakan telah menghabiskan dana jutaan dolar untuk beriklan jor-joran sejak awal tahun. Tujuannya untuk melawan narasi bahwa ia gagal menghadapi pandemik COVID-19 yang telah menewaskan 191 ribu warga AS dan menyebabkan ekonomi terpuruk.
Lalu, apa benar Trump tak lagi punya uang untuk berkampanye dan mengalahkan Joe Biden?