Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara dalam upacara penandatanganan "National Defense Authorization Act for Fiscal Year 2020" (UU Otorisasi Pertahanan Nasional untuk Tahun Anggaran 2020) di Pangkalan Gabungan Andrews, Maryland, Amerika Serikat, pada 20 Desember 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis
Amerika Serikat mengategorikan Soleimani sebagai salah satu musuh besar negara karena perannya dalam merencanakan serangan-serangan terhadap warga dan kepentingan Washington di Timur Tengah.
Selama 20 tahun, Soleimani berpengaruh besar dalam mewakili Iran untuk urusan dialog politik di kawasan. Washington Post melaporkan bahwa sejak berperan aktif mengintervensi konflik Suriah pada 2013, Soleimani mendapatkan sanjungan dari banyak warga Iran. Ia tak hanya muncul dalam pemberitaan, tapi juga dokumenter sampai video musik bernuansa nasionalis.
Sejumlah analis sendiri meyakini Soleimani lebih punya banyak pengaruh diplomatik daripada Menteri Luar Negeri Javad Zarif. Dengan statusnya sebagai komandan pasukan elit, Soleimani juga dipercaya jadi otak di balik sejumlah operasi rahasia di Timur Tengah.
Amerika Serikat percaya Soleimani berada di balik sejumlah serangan oleh milisi Syiah Irak terhadap militer Negeri Paman Sam di negara itu. Terakhir, pada 31 Desember malam, mereka menyerbu Kedutaan Besar Amerika Serikat di Baghdad. Trump pun menulis lewat Twitter bahwa Iran harus "bertanggung jawab penuh" atas insiden itu.