Suasana kota Tokyo, Jepang (IDN Times/Anata)
Jika nantinya pil aborsi dipasarkan, pemerintah memutuskan akan melakukan sosiliasi kepada publik, pun untuk para tenaga kesehatan.
Direktur Lembaga Literasi Hak Kesehatan Reproduksi Kemenkes Jepang, Kumi Tsukahara, mengatakan pemerintah harus membuat sistem terpisah untuk melatih praktisi medis soal cara berkomunisasi terkait aborsi tanpa stigma, serta menilai risikonya.
“Penting bagi nakes untuk membantu pasien memahami apa yang aman dan apa yang tidak. Memungkingkan pasien juga bisa membuat keputusan sendiri,” ucap Tsukahara.
Penjualan obat aborsi ini direncanakan akan mulai pada Januari 2024, dengan kisaran harga 780 hingga 1.400 Yen. Cukup murah jika dibanding operasi untuk aborsi yang menelan biaya 100 ribu hingga 200 ribu Yen.
Meski demikian, pil aborsi ini tidak akan ditanggung asuransi kesehatan nasional Jepang.