Dalam pertemuan Senin itu, Hayashi juga menyatakan keprihatinan yang serius mengenai perluasan kegiatan nuklir Iran. Dia menyerukan kerja sama penuh dan tanpa syarat dengan Badan Energi Atom Internasional, sehubungan dengan kesepakatan nuklir multilateral 2015 yang juga didukung Jepang.
Iran sebelumnya telah sepakat dengan enam negara kuat dunia, yaitu Inggris, China, Prancis, Jerman, Rusia dan AS, untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi. Akan tetapi, negosiasi itu telah menemui jalan buntu sejak mantan Presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari perjanjian tersebut pada 2018.
Sejak itu, pemerintah Iran telah mengembangkan program nuklirnya hingga melampaui batas kesepakatan penimbunan uranium. Negara itu juga telah membangun fasilitas nuklir baru di bawah tanah yang kemungkinan kebal terhadap senjata AS.
Para ahli bahkan mengatakan bahwa Iran kini dapat mengembangkan bom atomnya sendiri jika mereka mau. Menurut penilaian intelijen AS yang dirilis pada Juli, Iran disebut tidak mengejar program senjata nuklir saat ini, namun mereka telah meningkatkan kegiatan yang dapat membantu mengembangkannya.
Dalam pembicaraannya dengan Hayashi, Amirabdollahian mengatakan Iran sedang mencari cara untuk mengaktifkan kembali perjanjian nuklir melalui negosiasi dan menyatakan penghargaan atas upaya diplomatik Jepang,.