Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret Shibuya Crossing di Tokyo, Jepang. (pixabay/uniquedesign52)

Jakarta, IDN Times - Jepang sedang bergulat dengan permasalahan populasi yang kian menurun. Demografi di negara tersebut berbentuk segitiga terbalik, di mana jumlah penduduk lanjut usianya lebih banyak ketimbang usia muda.

Hal ini pun menjadikan Jepang menyandang gelar sebagai negara yang memiliki populasi tertua kedua di dunia, setelah Monako. Rendahnya angka kelahiran menjadi faktor dari permasalah tersebut. 

"Penurunan jumlah anak dan populasi merupakan masalah penting yang melibatkan masalah sosial, ekonomi, dan kesejahteraan sosial Jepang," kata juru bicara pemerintah Jepang, Hirokazu Matsuno, pada Rabu (26/7/2023), dikutip dari The Straits Times.

1. Data rekor penurunan populasi

Menurut survei Kementerian Dalam Negeri Jepang, untuk pertama kalinya populasi menunjukkan penurunan di 47 prefektur di negara itu. Tercatat, bahwa populasi warga negara Jepang turun sebesar 800.523 pada 2022, menjadi 122.423.038 dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, angka kelahiran pada tahun lalu juga tercatat kurang dari 800 ribu kelahiran. Data-data tersebut dilihat sebagai penurunan tertajam yang tercatat sejak survei dimulai pada 1968.

Survei demografi kementerian juga mengatakan bahwa per 1 Januari 2023, populasi Jepang termasuk dengan jumlah penduduk asing mencapai 125.416.877. Angka tersebut turun sekitar 511 ribu dari tahun sebelumnya.

Jumlah warga Jepang dilaporkan menurun selama 14 tahun berturut-turut. Mereka yang bekerja atau belajar di luar negeri menyumbang penurunan sekitar 7 ribu populasi. 

2. Jumlah warga negara asing yang meningkat

Editorial Team

Tonton lebih seru di